Setelah dari Water Toren, selanjutnya kami menuju RM Baranangsiang untuk makan siang, karena banyak di antara kami yang belum sempat sarapan pagi. Jarak dari daerah Alun-alun ke arah Rumah Makan Baranangsiang lumayan jauh, entah karena kami sudah lapar, atau karena kami berdesakan di angkot. Kata teman di sebelah saya…”Ini kan jalan ke arah Pandeglang.”
Rasanya lega setelah sampai di lokasi RM Baranangsiang. Sebelum menaiki tangga masuk ke rumah makan, kami foto dulu untuk kenang-kenangan. Kelihatannya rumah makan ini termasuk rumah makan yang direkomendasikan untuk para tamu, pejabat yang ingin menjamu tamunya, dari gaya beberapa tamu yang terlihat menikmati makan siang di restoran ini. Rumah Makan Baranangsiang menyediakan makanan khas Sunda.


Saya pergi ke toilet dan cuci tangan, pas menuju meja makan ternyata Wiwit, yang dari tadi sudah ingin minum kelapa muda, sudah asyik dengan kelapanya. Akhirnya saya ikutan pesan kelapa muda original tanpa es. Dalam kondisi cuaca panas, sebaiknya saya menghindari es. Makanan yang dipesan, antara lain: gurami goreng, ayam goreng, ayam bakar, leunca, karedok, sayur asem, sambel dan lalapan, dan tak lupa pete. Saya tidak merasa terlalu lapar karena dari tadi minum air putih terus, namun harus makan, karena nanti sampai Jakarta sudah malam.


Makanannya sedaap, saya mencoba karedok…enak tapi terlalu pedas untuk perutku. Jadi akhirnya saya mengambil ikan gurami goreng. Di restoran ini sebetulnya disediakan mushola, namun kami masih ingin meninjau Masjid Agung Al A’raaf dan sholat di masjid.


Kami kembali naik angkot ramai-ramai menuju masjid, rupanya di perjalanan kami melewati tempat oleh-oleh. Kami berhenti dulu untuk membeli oleh-oleh. Saya mencoba untuk tidak tergoda membeli oleh-oleh, karena tas ransel saya sudah terasa berat, dan nanti masih harus naik commuter line sampai di Jakarta. Saya hanya memotret teman-teman yang asyik berbelanja.



Dari tempat oleh-oleh, kami menuju masjid Agung Al A’raaf. Dari laman basnaz dan kubah masjid dijelaskan, Masjid Agung Al-A’raf atau biasa juga dikenal sebagai Masjid Agung Rangkasbitung, atau juga biasa disebut Masjid Agung Alun-Alun Rangkasbitung dilakukan pembangunan pertama kali pada tahun 1928, diatas tanah wakaf dengan luas sekitar 3.264 meter persegi. Pembangunan masjid ini memang sengaja dibuat dengan sangat luas, karena Masjid Al-A’raf memang ditetapkan sebagai Masjid Agung untuk Kabupaten Lebak, sehingga jamaah yang datang memenuhi masjid ini pastinya sangat banyak. Pada kompkes Masjid terdapat tempat disemayamkannya jenazah Adipati Natanegara, yaitu bupati Kabupaten Lebak di tahun 1830-an. Rangkasbitung merupakan ibukota dari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.


Selesai melakukan sholat, waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB. Kami segera menuju stasiun untuk naik commuter line ke arah Jakarta. Sebelum berpisah, kami foto dulu di depan stasiun bersama pak Djamal, sopir angkot, yang setia menemani kami keliling kota Rangkasbitung sekaligus merangkap menjadi juru foto. Sampai stasiun Rangkasbitung, commuter line yang hendak kami tumpangi sudah siap di peron. Kami segera naik dan mencari tempat duduk yang berdekatan. Pada perjalanan pulang, kami nyaris tidak banyak mengobrol, bahkan ada yang tertidur menikmati perjalanan. Di luar hujan mulai turun dengan deras, syukurlah saat kami keliling Rangkasbitung cuaca cerah.
Teman-teman mulai ada yang turun di stasiun Rawabuntu, Pondok Ranji, dan saya bertiga turun di stasiun Kebayoran, sedang dua teman lainnya akan turun di stasiun Tanah Abang. Sampai stasiun Kebayoran hujan masih gerimis, kami bertiga berjalan cepat menuju jalan terusannya Iskandar Muda (atau sudah jalan Panjang?), menunggu di pinggir jalan. Kami duduk menunggu di bangku tempat tukang kopi. Teman, yang dari tadi ingin minum kopi, memesan tiga kopi panas, karena melihat jalan macet parah, jadi kemungkinan kedatangan sopir masih lama. Tepat kopi selesai diracik, pak sopir datang. Kami segera berlari ke arah mobil, karena klakson mulai bersahutan, sambil masing-masing membawa satu kopi yang masih panas di gelas plastik.
Ternyata enak juga minum kopi di saat hujan. Setelah sampai di rumah teman di jalan Kerinci, temanku segera memesan dua taksi. Saya menuju Cilandak, dan teman satunya menuju Mampang. Sampai rumah hujan masih turun, saya segera mandi dan minum obat agar tidak terkena flu….maklum usia memang tidak bisa dibohongi.
Mengingat perjalanan sehari ini, saya senyum-senyum sendiri lihat foto yang bertebaran di WAG… ahh senang sekali bisa berkunjung ke berbagai tempat yang menambah ilmu bersama para sahabat.