Quantcast
Channel:
Viewing all 391 articles
Browse latest View live

Pekerja Sebagai Aset

$
0
0

Pada saat ini, kita menyadari bahwa sumber daya manusia bukan  sebagai beban, namun aset bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang memahami bahwa SDM sebagai aset, akan berusaha sebaik-baiknya memberikan lingkungan yang baik, yang membuat para pekerja merasa “diwongke”, karena bagi pekerja yang merasa memiliki dan “dianggap” maka akan bekerja dengan baik agar mencapai target karena tahu bahwa perusahaan tersebut adalah rumah keduanya.

Perusahaan menyadari bahwa motivasi bekerja yang berasal dari internal, akan membuat semangat bekerja dalam tim, walaupun fasilitas yang diberikan dari perusahaan tidak berlebihan. Manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, atasan harus bisa mengekspresikan dalam interaksi sehari-hari dengan bawahan, dan rekan kerjanya. Atasan harus bisa mengajak tim untuk dapat berkomunikasi efektif. Tim yang dapat berkomunikasi efektif ditunjukkan dengan kemampuan berdebat, mengajukan usulan-usulan serta melakukan musyawarah untuk menentukan kata sepakat.

Pada perusahaan yang pengambilan keputusan didasarkan atas unanymous system (sepakat bulat), diperlukan komunikasi yang efektif ini. Karena tanpa komunikasi yang efektif, keputusan tidak mudah diambil, karena bila salah satu tim tidak setuju, maka proses pengambilan keputusan harus dilakukan sejak awal lagi, yang memerlukan waktu, biaya, serta tenaga. Perusahaan perlu menganut sistem pengambilan keputusan yang transparan, memberikan kesempatan melakukan perdebatan yang positif, yaitu untuk menuju arah tujuan yang sama.

Dalam hal ini, atasan harus bisa meyakinkan tim, bahwa keputusan yang diambilnya benar. Bila tim belum yakin, atasan tidak dapat memaksa tim untuk menyetujui pendapatnya. Adakah kondisi ini dalam perusahaan saat ini? Saya percaya masih banyak perusahaan yang melakukan hal-hal seperti yang saya ceritakan diatas, kuncinya adalah dibuat suatu kebijakan yang transparan, sering dilakukan “coaching”, diskusi antara atasan dan bawahan sehingga semua orang yang terlibat dalam tim dapat saling memahami dan bisa menemukan kata sepakat. Disini diperlukan seorang atasan yang mau menerima pendapat orang lain, mampu meyakinkan tim untuk pendapat yang dikeluarkannya, untuk ini diperlukan pemilihan sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai frekuensi sama.

Saya masih ingat, melihat bagaimana sebuah perusahaan tumbuh dan berkembang. Setiap pagi, pemimpin mengajak para karyawan berdoa, serta dilakukan coaching untuk para managernya. Disini terjadi interaksi dua arah, sehingga Pemimpin mendapat masukan langsung dari karyawan yang ada di bawahnya.

Seorang Direktur Bank yang membawahi empat Kepala Divisi, memilih setiap hari Selasa pagi antara jam 8.20 sd 10.00 wib mengumpulkan para Kepala Divisinya. Disini tidak hanya Direktur tersebut yang memberikan pengarahan, namun pada ajang pertemuan ini, para Kepala Divisi bisa memberikan saran, mendiskusikan solusi yang dihadapi. Para Kepala Divisi ini juga mengadakan pertemuan mingguan dengan manager dan staf yang ada dibawahnya. Pertemuan-pertemuan ini sangat bermanfaat, karena karyawan merasa dilibatkan, dan didengar pendapatnya.

Dalam konteks pemberdayaan sumber daya manusia, agar menghasilkan karyawan yang profesional dengan integritas yang tinggi, diperlukan adanya acuan yang baku, yang diberlakukan oleh perusahaan. Acuan baku tersebut adalah budaya korporat yang secara sistematis menuntun para karyawan untuk meningkatkan komitmen kerjanya bagi perusahaan.

Budaya korporat, pada umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para karyawan karena dapat diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan. Dengan membakukan budaya korporat, sebagai suatu acuan bagi ketentuan atau peraturan yang berlaku, maka para pemimpin dan karyawan secara tidak langsung akan terikat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan Visi dan Misi serta strategi perusahaan. Proses pembentukan tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pemimpin dan karyawan profesional yang mempunyai integritas yang tinggi.

Bahan Bacaan:

  1. Djokosantoso Moeljono. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
  2. Pengalaman penulis saat bekerja di perusahaan BUMN.

Alexa

$
0
0

Alexa adalah robot di rumah si bungsu. Gara-garanya setiap kali si bungsu minta tolong pada suaminya, untuk membantu mengingatkan jadwal acara hari itu. Padahal suaminya sendiri juga sibuk. Saya membayangkan sebuah keluarga kecil dengan anak balita, suami istri bekerja, tinggal di luar negeri tanpa pembantu. Biarpun suami mau membantu meringankan beban pekerjaan rumah tangga, tetap masih kewalahan, apalagi jika Bams rewel karena kurang sehat. Untuk mengatasi soal jadwal ini, akhirnya suami si bungsu membelikan robot Alexa. Sementara masalah teratasi.

Namun, Bams yang sudah bisa ngomong dan mulai sekolah di hoikuen (day care), rupanya ikut penasaran. Bams juga ingin membangun percakapan dengan Alexa. Tentu saja banyak kelucuan terjadi, karena Bams kadang tidak bisa memanggil Alexa dengan jelas…sering memanggilnya Aksa….tentu saja sang robot tidak menanggapi karena merasa tidak dipanggil. Akibatnya Bams terus memanggil…Aksa..Aksa…Aksa…dan Alexa tetap diam.

Akhirnya mama sering membantu, dengan memanggil

“Alexa”

Pada saat Alexa menjawab, baru Bams mengemukakan keinginannya. Belakangan Bams sering memanggil papa, untuk minta tolong..

“Papa…Papa…papa…” Kalau papa menyahut, baru Bams akan bilang

“Alexa iutte (bilang Alexa)”

Favorit Bams adalah meminta Alexa bikin shopping list, mencatat apa yang harus ditulis. Kemudian Bams menanyakan hari ini tanggal berapa? Terus inginnya Alexa set timer 20 menit…dan selalu minta 20 menit. Kalau oleh papa/mama diubah menjadi 10 menit, Bams marah. Entah dapat angka 20 menit dari mana.

Adanya Alexa memang membantu. Saat saya mengunjungi amancu (anak menantu dan cucu) di Toyohashi, adanya Alexa membuat suasana segar. Setiap kali ada yang bertanya, bagaimana cuaca hari ini? Alexa akan menjawab…”Hari ini mendung, suhu berkisar 20 derajat celsius yang akan terus menurun pada sore dan malam hari.” Namun ramalan Alexa juga tidak selalu tepat. Suatu ketika, saat ditanyakan ramalan cuaca hari itu, Alexa menjawab bahwa cuaca seharian cerah. Si bungsu mulai mencuci kursi yang kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Dan ternyata belum sampai kursi kering, hujan sudah turun. Bagaimanapun sebuah robot hanya alat, tetap manusia yang harus mengendalikan dan mengelola sehari-harinya.

Dan adanya Alexa membuat suasana rumah menjadi ramai, karena Bams sibuk dengan Alexa di antara kegiatan lainnya,walau kadang tidak dipungkiri sering diakhiri dengan ketegangan karena Bams ngomongnya belum jelas, dan Alexa hanya menanggapai dengan bahasa yang jelas dan dimengerti, yaitu bahasa Jepang dan bahasa Inggris.

Frante

$
0
0

Tugas pertama saat mengunjungi rumah si bungsu adalah dikenalkan aturan main di rumahnya. Maklum Jepang dikenal dengan aturan yang harus diikuti. Pertama adalah bagaimana meletakkan sampah pada tempatnya. Di rumah si bungsu ada 4 (jenis) tempat sampah, dimana kami tidak boleh salah dalam menempatkan sampah sesuai aturannya. Bahkan cara mencuci peralatan rumah tangga juga ada aturannya. Cara menggunakan kamar mandi, toilet dan peralatan dapur. Untungnya saya sudah memberi tahu suami dan si sulung tentang kondisi ini, agar yang punya rumah dan tamu sama-sama nyaman.

Ini merupakan kunjungan saya ke empat kalinya menengok si bungsu, namun pertama kali mengunjungi si bungsu sejak menempati rumah sendiri. Sebelumnya si bungsu dan suaminya tinggal di apato, namun setelah punya anak, apato dirasakan kurang bisa memenuhi kegiatan Bams yang suka mengeksplorasi. Pada kunjungan kali ini, merupakan pertama kalinya untuk suami saya dan si sulung.

Ayah mertua dan menantu

Setelah istirahat semalam, besoknya menantuku mengajak ayah dan ibu mertuanya ke Frante, nama supermarket yang bisa dicapai dengan naik trem listrik. Sebetulnya supermarket ini tidak terlalu dekat, dan juga tidak murah. Namun lokasi Frante bisa dicapai dengan naik trem. Menantuku sendiri, hari ini mulai pergi ke Tokyo naik shinkansen, dan besoknya bistrip ke luar negeri. Barang yang dijual di Frante cukup besar dan bervariasi. Di sini saya membeli sayur, tahu, dan juga ikan yang sudah masak, yang nanti tinggal dihangatkan di oven. Enaknya, di Toyohashi banyak dijual ikan dalam bentuk yang sudah dipotong sebesar telapak tangan, memudahkan bagi rumah tangga kecil. Ikannya segar dan masih terasa rasa ikannya karena bumbunya sederhana.

Frante di malam hari (foto si bungsu)

Saya membeli roti untuk persediaan jika nanti malas masak. Selesai belanja, saat membayar rupanya semua sudah sistem on line tanpa kasir. Waduhh, saya bingung juga, syukurlah ada menantuku yang bisa menjelaskan kepada petugas agar membantu saya mengajarkan cara membayar. Maklum tulisan semua dalam bahasa kanji, sehingga saya yang tidak memahami kanji maupun bahasa Jepang agak sulit.

Pada kenyataannya, selama 10 hari tinggal di Jepang, saya hanya tiga kali ke Frante, dan keseluruhannya ditemani si bungsu. Jadi saya belum mempraktekkan belanja dengan naik trem listrik. Syukurlah masih sempat naik trem listrik saat mengunjungi stasiun, Citi Hall dan Yoshida castle.

Ara dan sekolahnya

$
0
0

Jika dengan Bams yang tinggal di Jepang yangti hanya bisa vidcal, maka setiap hari yangti bisa memantau kegiatan cucu dari anak sulungku ini. Apalagi setelah bunda dan babe pindah ke rumah sendiri dan hanya seminggu sekali tidur di Cilandak agar bisa mengobrol bersama putrinya. Kurikulum merdeka yang digunakan di sekolah Ara, membuat orang tua ikut heboh.

Dalam pembelajaran, ada PJ (Penanggung Jawab) dari murid yang ditunjuk, untuk setiap mata pelajaran. Guru memberi tanggung jawab pada PJ ini untuk menyiapkan materi pembelajaran, bahkan harus bisa menjawab pertanyaan teman-temannya berkaitan dengan mata pelajaran tersebut.

Di sekolah anak-anak dilatih bekerja dengan kelompok yang berganti-ganti untuk meningkatkan kerja-sama. Kadang menyenangkan jika mendapat teman kelompok yang rajin, namun Ara kadang mengeluh jika teman kelompoknya sulit. Dan yangti hanya membesarkan hatinya, bahwa kita mesti latihan menghadapi teman yang bervariasi sifatnya. Hal seperti ini akan terus terjadi, bahkan nanti di dunia kerja. Yangti juga menyampaikan pada Ara, bahwa teman-teman dipersilahkan untuk menggunakan rumah yangti untuk bekerja kelompok, belajar bersama dan diskusi. Bagaimanapun lebih tenang jika melihat anak-anak belajar di sekeliling kita. Terkadang mereka belajar melebihi waktu Magrib, dalam kondisi ini si mbak siap menyediakan mie goreng dan air mineral untuk mengganjal perut. Saat anak-anak mau pulang ke rumah masing-masing, yangti ikut mengontrol bagaimana mereka pulang, apakah dijemput, atau mau dipesankan go-car.

Diskusi kelompok di lorong kelas

Selain materi pelajaran akademik, pelajaran ekstra kurikuler juga mendapat perhatian, anak-anak tetap diabsen dan dinilai bagaimana kemajuannya. Ara sibuk sekali, bahkan Sabtu minggupun penuh kegiatan.

Dan yang membuat yangti bahagia, Ara melakukan semua dengan penuh semangat dan tanggung jawab. Teman satu kelas Ara banyak yang diterima melalui penerimaan dari jalur prestasi…ini yang membuat Ara tertantang, untuk bisa bersaing. Seperti moto SMP tempat Ara sekolah

” Tiada hari tanpa berprestasi”

Setiap hari Senin anak-anak yang berprestasi, yang menyumbang medali untuk sekolah, akan diminta berdiri di depan, menjadi contoh anak lainnya agar semangat untuk berprestasi. Tantangan seperti ini membuat yangti harus menjaga Ara agar tidak mudah stres. Jika saat malam hari Ara belum selesai belajar, maka jam 10 malam harus sudah tidur. Yangti bertugas membangunkan esok hari, tergantung keperluannya. Kadang Yangti membangunkan jam 3.30 wib, kadang jam 4 pagi. Ternyata menurut Ara, belajar di pagi hari membuat lebih mudah dicerna karena suasana yang masih sepi. Agar Ara semangat, yangti akan membuatkan teh panas manis untuk menemani belajar. Pada jam 4.30 wib, Ara sudah harus selesai belajar karena siap-siap makan pagi (mbak sudah selesai menyiapkan sarapan jam 4.30 wib), kemudian yangti dan Ara sarapan bersama sambil mengobrol. Pada waktu jam 5.00 wib, Ara mulai mandi dan bersiap berangkat ke sekolah. Untuk pagi hari Ara siap berangkat jam 5.30 wib dengan naik ojek. Pulangnya Ara naik busway dan turun di ujung jalan masuk rumah yangti. Ara tinggal berjalan kaki sekitar 200 m menuju rumah. Jika hari hujan, yangti meminta Ara untuk pesan gocar saja, agar tidak kehujanan. Hal ini diperlukan agar Ara tidak mudah sakit, karena kegiatan Ara yang sangat penuh bahkan hari Minggu juga ada kegiatan, yaitu latihan taekwondo.

Kegiatan bidang lain di luar sekolah ini penting, karena untuk masuk SMA nanti persaingannya sangat ketat, sama seperti saat Ara masuk SMP. Syukurlah Ara saat masuk SMP berhasil melalui jalur prestasi. Namun hal ini tetap harus dijaga, agar prestasi di sekolah, baik akademik dan non akademik tetap harus seimbang.

Semoga selalu sehat ya Ara dan semangat berjuang.

Tetap semangat di usia yang tidak muda

$
0
0

Saya bersyukur dapat tinggal di kompleks perumahan ini. Walau rumah tidak besar, relatif dekat kemana-mana. Benar-benar impian saya sejak dulu, punya rumah kecil tetapi masih di daerah Jakarta, sehingga saat anak-anak kuliah dan bekerja, tidak terlalu jauh dan transportasi relatif mudah. Memang kenyamanan tidak selalu berbanding lurus dengan keamanan. Tinggal di rumah yang relatif dekat jalan raya, yang selalu macet terutama di pagi dan sore hari, membuat kami harus menjaga keamanan rumah masing-masing. Meskipun ada satpam, tetapi masing-masing penghuni rumah harus saling mengingatkan agar rumah dan lingkungan tetap aman.

Di kompleks ini saya ikut kegiatan senam bersama ibu-ibu seminggu sekali. Senam ini selain untuk menjaga kesehatan juga sebagai ajang silaturahim dengan tetangga, maklum tetangga adalah saudara dekat kita jika terjadi apa-apa. Beberapa kali ada acara kegiatan untuk jalan-jalan bersama, namun saya tidak bisa ikut serta karena waktunya bertabrakan dengan acara lain.

Nahh kali ini, teman-teman mengajak acara senam dipindahkan ke pantai Ancol, biar ganti suasana. Kami semua sepakat, karena acara tidak lama, hanya kegiatan senamnya pindah tempat, sehingga jika ada acara kondangan masih bisa datang ke acara kondangan tersebut. Apalagi ada teman yang kebetulan berulang tahun, sehingga selain senam, kami sekalian merayakan ulang tahun teman tersebut.

Ceria bersama teman-teman

Agar suasana masih nyaman dan tidak macet, kami berjanji akan kumpul jam 5.30 wib. Kenyataannya molor hampir setengah jam. Tepat jam 5.59 WIB kami berangkat menuju Ancol, melalui jalan Sudirman-Thamrin kemudian mengarah ke jalan Gunung Sahari. Jalan masih sepi, terasa nyaman dan Jakarta terlihat indah. Belum sampai jam 7.00 wib kami sudah sampai di Ancol, kemudian mencari lokasi yang masih sepi. Rupanya Ancol pada pukul 7.00 pagi sudah ramai, parkir sudah penuh. Banyak yang berjalan-jalan bersama keluarga atau teman-teman. Ada juga rombongan pengemudi Vespa.

Bergembira ria di pasir putih yang lumayan bersih
Yuuk…naik perahu

Akhirnya kami mendapat tempat di pantai Fantasi. Rupanya laut Jawa saat ini ditanggul dengan batu-batu besar sehingga tidak ada gelombang cukup besar yang memecah pantai seperti sekian puluh tahun lalu. Ya, saya sudah lama sekali tidak ke Ancol, terakhir kali saat anak-anak masih kecil. Kami mulai menggelar tikar dan menata makanan, yang akan dinikmati seusai senam.

Senam kali ini cukup satu jam agar kami tidak terlalu berkeringat dan harus ganti baju. Lontong sayur dan kerupuk sudah menunggu. Kami menyanyikan lagu ulang tahun dan memberi ucapan selamat bagi teman yang berulang tahun. Tentu saja kami ikut menikmati kue ulang tahun, walau rata-rata ingin irisan yang tipis, maklum sudah senior semua. Kami duduk-duduk sambil mengobrol.

Tukang perahu masih setia membujuk kami untuk naik perahunya. Walau dulu saya biasa naik perahu, entah kenapa kali ini ragu-ragu, merasa bahwa keseimbangan saya tidak sebagus dulu. Namun tidak tega juga mendengar bujukan si tukang perahu, apalagi kami juga ingin bersedekah. Akhirnya kami malah nyaris semua ikut naik perahu, kecuali dua orang yang menjaga tas yang kami tinggal.

Bergembira ria naik perahu

Perahu berjalan pelan, bahkan nyaris tidak terasa anginnya. Satu dua orang mulai berfoto di anjungan perahu dengan tetap memegang tali. Tidak terasa kami sudah memutari laut yang ditanggul ini, dan semua telah kebagian difoto saat berdiri di anjungan. Perahu mulai merapat, kami masih ingin berfoto di tempat batu-batu yang menjadi tanggul. Setelah selesai foto-foto, kami bersih-bersih di toilet dan siap untuk pulang.

Ternyata tidak terasa tiga jam kami menikmati pantai Ancol, walau sebentar hati rasa senang, karena bisa tertawa dengan riang bersama-sama teman.

Sikat Gigi

$
0
0
Bams dan sikat gigi untuk dikirim ke yangti

Waktu masih muda, pakai sikat gigi merk apapun rasanya oke. Usia bertambah kok makin ribet ya. Saya mesti memilih sikat gigi yang lembut, agar jika terkena gusi tidak menjadikan sariawan. Saya sendiri merasa, semakin bertambah usia, rasanya kok jadi mudah sariawan.

Mbak, diganti aja pasta giginya. Contohnya merk E,” kata dokter gigi langganan.

Ber bulan-bulan kemudian, bahkan bertahun, saya setia dengan merk E. Ahh kok mulai gampang mendapat sariawan lagi ya.

” Lha ya merk pasta giginya ganti-ganti dong mbak…bukan merk itu melulu. Sekarang kan makin banyak merk yang bagus untuk kesehatan,” kata mbak dokter gigi.

” Minum larutan kaki tiga bu, ” kata juniorku di kantor. “Ada kemungkinan perut ibu yang lagi bermasalah.” Duhh mosok gara-gara ngurusi NPL (Non Performing Loan), perutnya ikutan bermasalah. Tapi ternyata larutan kaki tiga lumayan manjur….cuma ya itu saya sering lupa meminumnya.

Nahh bulan Oktober tahun lalu, saya menengok cucu ke Jepang. Karena tidur di rumah amancu, saya nggak membawa perlengkapan mandi, lumayan ngirit bawaan….nggak berat. Lucu juga saat menggunakan sikat gigi, yang ujungnya kecil. Rasanya gimana…gitu. Pas mau kembali pulang ke tanah air, kami mesti menginap semalam di hotel dekat bandara Haneda. Jadi kami menggunakan fasilitas sikat gigi Jepang yang disediakan hotel, yang kepalanya kecil itu. Dan saat sampai rumah, pas beres-beres koper saya mendapatkan satu sikat gigi Jepang. Akhirnya saya pakai sikat gigi ini…lho kok ternyata enak ya. Mungkin karena mulutku kecil ( kata dokter gigi lho!), pakai sikat gigi kecil lebih aman karena tidak nabrak-nabrak gusi.

Menarik ya Bams sikat giginya
Sikat giginya ditabrak truk

Memang cara menyikat giginya gimana sih kok bisa kena gusi? Nahh itu saya pun sulit menjawabnya. Dan si bungsu akhirnya kirim 10 sikat gigi made in Jepang biar yangti tidak mudah sariawan. Tentu saja bagi cucu saya Bams, apapun bisa menjadi bahan mainan. Sikat gigi di kulik-kulik, di pegang-pegang, dipeluk….dan akhirnya terpaksa diambil untuk diamankan oleh mamaBams, gara-gara dilindas truk.

Kata Bams,

Kore wa yangti no? ( Ini punya yangti?) Kore wa mama no?”

Terus sekarang Bams menjadi hobi menggambar haburashi

“Papa no haburashi. Mama no haburashi

Catatan:

Haburashi= sikat gigi. Papa no haburashi = papa’s toothbrush. no = ‘s = milik

Pengalaman operasi katarak

$
0
0

Saya operasi katarak pada tanggal 22222 (tanggal yang bagus ya), selanjutnya tulisan saya telah diupload di facebook. Namun karena ada beberapa teman yang setiap kali bertanya, bagaimana pengalaman operasi katarak, apa yang perlu dipersiapkan, jadi saya tulis lagi di sini. Tentu saja pengalaman setiap orang berbeda, ada yang operasi cukup berjalan 10 menit dan seminggu kemudian sudah bisa jalan-jalan ke luar pulau. Namun seperti saya, memerlukan waktu lebih lama.

Apa yang perlu dipersiapkan jika kita mengalami gangguan penglihatan karena katarak?

  • Memilih dokter spesialis mata. Saya memilih dokter spesialis mata yang praktek di Jakarta Eye Center, di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Pemikiran saya, relatif mudah dicapai dari rumah, setelah melihat dari website yang ada untuk melihat pengalaman dokter tersebut.
  • Setelah memilih dokter, maka dilakukan pendaftaran untuk konsultasi. Ceritakan keluhan kita, diskusikan dengan dokter.
  • Sebelumnya akan diminta untuk periksa mata untuk memahami permasalahannya. Saat ini peralatan di RS Mata sangat lengkap, hasil pemeriksaan langsung tersambung di komputer di meja dokter, sehingga kita bisa diskusi.

Sesuai hasil diskusi dengan dokter, saya disarankan untuk operasi kedua mata secara bergantian. Pertama kali dilakukan operasi mata kanan, yang dilakukan pada hari Selasa  tanggal 22 Februati 2022. Agar lebih santai, dan menghindari macet, dari rumahku di Jakarta Selatan ke JEC Menteng bisa memerlukan waktu 60 sd 90 menit, saya berangkat dari rumah jam 13.00 wib padahal operasi jam 16.00 wib. Saya mampir dulu di Holland Bakery, biar nanti malam, dapat makan roti, karena saya sering malas makan kalau lelah.

Begitu sampai JEC, saya test antigen swab dulu…Alhamdulillah hasilnya negatif. Kemudian saya diberi obat tetes mata yang terasa perih. Dari sini saya menuju lobby JEC Menteng, kemudian ke counter pendaftaran.

” Ke asuransi saja dulu bu, setelah itu langsung ke lantai 5,” kata Staf JEC.

Saya ke counter asuransi, dan menemui petugas yang mengurus asuransi,
” Bu, asuransi ibu sudah dijamin oleh BRI Life, saya pinjam kartu asuransi ibu saja. Silahkan langsung ke lantai 5.”

Ruang tunggu operasi JEC
Menunggu, pasien sepi karena masih pandemi covid-19

Saya naik ke lantai lima, hanya ada dua orang yang menunggu, mungkin karena pandemi covid-19 masih berlangsung. Tidak lama orang yang menunggu (rupanya dia pendamping), mendapat kabar jika saudaranya sudah selesai operasi, dan boleh langsung pulang .Lima belas menit kemudian mas satunya dipanggil masuk, tidak lama saya melihat dia lewat dari balik pintu kaca, telah memakai baju pasien dan kepala ditutup topi plastik.

Setengah jam kemudian saya dipanggil ke tempat pendaftaran operasi, di tanya-tanya dan diminta untuk tanda tangan persetujuan operasi, si Mbak sebagai pendamping saya ikut tanda tangan. Kemudian saya menunggu lagi di ruang tunggu di ruang sebelah. Saya diminta ganti baju rumah sakit warna biru, kemudian menutup rambut dengan topi plastik dan menggunakan masker.

Satu jam sebelum operasi, saya disuruh masuk ruang persiapan. Minum obat dari dokter, terus ditetesi 3 (tiga) jenis obat tetes mata. Saya langsung tiduran di kursi yang dapat disetel seperti bed dan diberi selimut tebal.

” Ibu santai ya, dr MM sudah diberi tahu dan sudah di jalan menuju kemari,” kata masnya. Dokter MM jika pagi hari, kalau tidak mengajar, praktek di RSCM.

Tidak lama, mas yang sudah duluan menunggu, mulai masuk ruang operasi. Kira-kira setengah jam, dia didorong keluar dengan keluhan…” haduhh…pusing..pusing.”
” Iya, bapak tegang tadi, jadi pusing. Istirahat dulu ya pak, ini minum obatnya.”

Tidak lama, saya diminta duduk di kursi roda dan didorong ke ruang operasi. Mata saya langsung ditetesi lagi dengan 3 (tiga) jenis obat mata. Tidak lama ada suara di sebelah kanan saya.

” Ibu, saya dr. MM, operasinya bisa dimulai ya,” suara khas dokter MM terdengar.
“Dokter, saudaranya pak Y. Hutapea  ya, ada salam dari pak Yos,” kata saya.
” Iya bu, kami sudah mengobrol lewat WA,” jawab dr MM. Melihat nama belakang dokter MM saya jadi ingat teman yang pernah satu divisi saat bekerja. Saat saya tanya, ternyata dr MM merupakan sepupunya.

” Kita mulai ya, nanti jika ada rasa yang menekan mata, jangan kaget ya bu,” kata dokter MM

Beberapa obat tetes membikin mataku perih. Sepanjang operasi, rasanya guyuran tetes mata atau apapun namanya tidak berhenti. Yang membuat deg-degan, karena dibius lokal, saya masih bisa mendengar obrolan dokter walau pelan-pelan ngomongnya. Rupanya katarak di mata kananku sudah lengket, perlu ekstra hati-hati untuk mengambilnya.

Kedua mata harus tetap dibuka lebar-lebar selama operasi, fokus melihat lampu, mulut membuka untuk ambil nafas… dan ada oksigen yg dimasukkan ke dalam masker depan mulut. Tangan kiri saya disambung alat untuk mengukur detak jantung.

Mata kanan diguyur berbagai cairan entah apa..
” Ibu jangan tegang ya…fokus lihat lampu, mata dibuka lebar-lebar ya.”

” Ibu, jangan ngeden. Mohon kerjasamanya biar hasilnya bagus. Mulut dibuka bu..ambil nafas dari mulut.”
” Bu…jangan goyang, kok lama-lama menjauh dari saya,” suara ramah dr MM terus terdengar.

Hadeuh….terus ada salah satu orang memijat kakiku, mungkin karena tegang…kaki terlihat mengejang.

Instruksi demi instruksi terdengar di telinga saya, bisik-bisik asisten atau dokter anestesi, entah siapa. Mata harus melotot melihat lampu yang entah kenapa kok warnanya berubah-ubah menjadi berwarna- warni … biru…kuning…. hijau…merah dan mata diguyur terus. Terus ada bunyi…drrrrr…sepertinya alat  untuk menyedot katarak…
” Visco dua…(?)”
” Visco tiga…”

“Harus dinaikkan….suara bisik-bisik…guyur lagi.”
“Wahh susah ini..”
” Pakai manual aja…”..
Dan dibayangan mata saya…terlihat entah sendok entah pisau. Hadeuh…nggak sakit tapi tegang…dan bolak balik dokter bilang,

” Jangan tegang bu…ambil nafas dari mulut…buka mulut bu.”

Ini sudah bersih….tinggal pasang lensa.
” Ibunya bisa tenang nggak ya,” kata dokter lain, terdengar khawatir.
“Bu…tenang ya biar lensanya dapat presisi.”

Terus ada yang menahan kepala saya…yahh harusnya dari tadi, kalau tegang tanpa sadar kan kepala saya menjauh dari dokter.
Mata terasa ditekan, kiri kanan atas bawah.
” Yang bawah kok ngga mau ya?”…entah nggak mau apanya,  saya nggak tahu.
” Dijahit aja biar aman,” suara dr MM terdengar.
” Bu, saya jahit ya….nanti diambil lagi pas kontrol,” kata dr MM
” Ya dokter,” jawabku…mosok jawab yang lain. Terasa ada yang menekan, mungkin jarum dimasukkan, tapi tidak terasa sakit….hanya terasa benda menekan.

Mata diguyur lagi.. Dan operasi selesai. Pas lampu dimatikan, saya takjub.

” Udah selesai?” batin saya.

” Ayo bu, udah selesai, saya bantu  turun,” kata seseorang….saya kemudian duduk di kursi roda dan didorong ke ruang untuk istirahat.
Kira-kira 10-15 menit (saya nggak boleh pakai jam tangan)….saya dihampiri petugas.
” Bu, sudah boleh ganti pakaian, nanti ada petugas yang akan menjelaskan cara perawatan di rumah dan minum obat.

” Pusing bu?” tanya mas nya.
” Nggak, cuma perih…tadi katarakku udah lengket ya?”
” Ibu pernah operasi katarak?”
” Ini pertama kali,” jawabku.
” Ooo…wajar bu.” Entah apa maksudnya…wajar kataraknya sulit dilepas atau bagaimana.

Di luar ruangan si Mbak sudah menunggu. Saya ganti baju, kemudian bersama si Mbak, mendengar arahan petugas.
” Bu  tiga hari nggak boleh kena air. Mandi hanya  sampai leher. Menyeka wajah pakai waslap ya, jangan kena mata kanan.”

Ini ada 3 obat tetes:

  • Gravit-opthalmic solution, hari pertama 1 jam sekali. Kemudian hari kedua dst nya tiap 3 jam 1x tetes mata.
  • Ini P-Pred (Prednisolone Acetate) tiap 2 jam tetes mata kanan hari pertama, selanjutnya hari kedua dstnya 3 jam sekali.
  • Ini cendo hyalub sodium hyaluronate … hari pertama tetes dua jam sekali…hari kedua dst nya 3 jam sekali.

“Ini untuk penutup mata kanan, jika mau tidur siang, atau tidur malam, tempel dengan plester agar pas saat tidur,  nggak kucek-kucek mata tanpa disadari. Ini petunjuk setelah operasi katarak ya bu.” kata petugas

Yang boleh dilakukan:
1. Gunakan obat tetes mata sesuai anjuran dokter. Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum menggunakan tetes mata.
2. Menjaga kebersihan mata.
3. Gunakan penutup mata saat tidur siang dan tidur malam.
4. Boleh bepergian.
5. Bisa mengemudi (1 hari setelah operasi atau setelah penglihatan tampak jelas atau sesuai anjuran dokter).
6. Gunakan kaca mata hitam jika beraktivitas di luar ruangan atau jika sensitif terhadap cahaya selama 1 minggu atau lebih.
7. Boleh menonton TV dan bekerja menggunakan komputer.
8. Boleh beraktivitas dengan jarak pandang dekat, seperti: memasak,membaca, menulis, menjahit.
9. Tidak ada pantangan makanan.

Yang tidak boleh dilakukan
1. Mata tidak boleh kena air selama tiga hari.
2. Berenang selama satu bulan.
3. Menggunakan make up selama tiga hari.
4. Hindari mata berbenturan dengan benda tajam.
5.Hindari paparan asap berlebihan.
6. Berolah raga berat dan beraktivitas berat selama dua minggu.

Sehari setelah operasi, saya diminta kontrol ke JEC.

” Bagus bu hasilnya…cuma masih ada bengkak. Jangan kena air  dulu ya minimal satu minggu. Kalau mau sholat, tayamum dulu ya (ehh babang dr. MM kok kenal istilah tayamum ya). Minggu depan kontrol lagi.”
” Terus lepas jahitan kapan dokter, atau tidak perlu dilepas?”

” Kira-kira satu bulan lagi ya untuk ambil jahitan. Ini saya tambahkan obat siloxan, tiap dua jam ditetesi.”
” Fungsinya apa dokter?”
” Untuk menarik cairan sehingga bengkaknya hilang. Ada lagi yang mau ditanya bu?”

“Cukup dokter.”

Dan pulanglah saya dengan lega. Operasi katarak betul- betul bikin stres, sekitar 45 menit dengan mata terus melotot. Pakai dijahit pula…. ya risiko karena pasien takut dan menjadi tegang.
Semoga setelah ini penyembuhan berjalan baik…Aamiin.

PS
Kabar baiknya, saat kontrol pertama setelah operasi, sebelum ketemu dokter saya dites mata.

“Kok udah dites matamas, kan operasinya baru selesai kemarin malam.”
” Tidak apa-apa bu…ayoo coba lihat, ibu bisa melihat huruf ini nggak?”
Ternyata jika seminggu sebelum operasi saya nggak bisa baca huruf itu… namun setelah operasi, walau mata masih bengkak, mata saya relatif lebih baik dalam membaca huruf.
Alhamdulillah.

Bams dan Kartu Pos

$
0
0

Setelah tulisan saya tentang mengirim kartu pos dari Jepang ke Indonesia, yang sampai Jakarta 8 (delapan) hari, saya penasaran berapa lama untuk kirim kartu pos ke Jepang. Bams sudah mulai senang menggambar corat-coret, mewarnai dan menulis…serta kirim surat ke Nauto- kun, yang merupakan temannya di hoikuen. Rupanya Bams juga ingin merasakan dapat surat.

Jadi saya sengaja mampir ke Kantor Pos yang terletak di jl. Fatmawati, untuk membeli Kartu Pos. Pegawai di Kantor Pos terhenyak saat saya bilang mau beli kartu pos, rupanya sudah lama tidak ada yang beli kartu pos.

” Saya cek dulu ya bu di belakang. Kalaupun ada, belinya satu paket, tidak bisa satuan. Yang ibu maksud kartu pos wisata ya, yang biasa sudah nggak ada.”

” Satu paket isi berapa kartu pos?”

” Ada empat bu.”

” Baik mas, saya beli satu paket, sekalian perangkonya ya”

Agak lama saya menunggu, jangan-jangan si mas ngubeg-ubeg gudang dulu untuk mendapatkan kartu pos. Jadi saya duduk sambil melihat sekeliling. Pengunjung sepi…saya memperhatikan interaksi pegawai dan pengunjung. Pegawai di depan kanan saya, melayani sepasang suami istri dengan santun, bahkan setiap kali tangannya menunjuk menggunakan ibu jari. ” Ah pasti orang Jawa nih,” batinku.

Tidak lama mas yang saya tunggu datang membawa satu paket kartu pos, isi empat.

” Saya mau kirim ke Jepang mas, berapa perangkonya?”

” Sepuluh ribu, bu.”

” Ahh yang benar, ke Jepang sepuluh ribu perangkonya, jangan-jangan nggak sampai.”

” Iya bu, aturannya seperti itu. Kalau di dalam negeri malah lebih mahal.”

“Kira-kira berapa lama mas sampai Jepang?” Tanya saya.

” Sesuai aturan sekitar satu bulan bu,” jawab mas di Kantor Pos.

Saya agak ragu apa betul biaya perangko cuma Rp.10 ribu, tapi masnya meyakinkan kalau sudah benar. Saya membayar Rp.52.000,-…untuk empat kartu pos dan perangko. Sambil pulang saya merenung, benarkah hanya sepuluh ribu? Padahal kalau saya kirim paket ke Genduk biayanya mahal sekali. Untuk mengurangi risiko tidak sampai, saya membagi dua…yang satu dikirim berupa kartu pos, lainnya dikirim lewat surat ….semoga keduanya sampai walau berbeda waktu.

Sekarang tinggal menunggu Ara pulang, biar dia ikut kirim surat dan kartu pos ke adik sepupunya di Jepang. Akhirnya saya mengirim 2 (dua) surat dan tiga kartu pos, sekalian untuk melihat apakah sampai di Jepang bersamaan. Surat dan kartu pos tersebut dikirim pada tanggal 28 Desember 2023 secara bersamaan.

“Jangan lupa difoto ya bu,” kata bungsuku. Biar mudah menelusuri jika tidak sampai. “Sabar, kata pak pos satu bulan baru sampai,” jawab saya.

Bams bingung, ini gambar apa ya?

Ternyata pada tanggal 18 Januari 2024, dua surat sampai di Azumada, tempat tinggal si bungsu.”Kartu Posnya belum sampai?” tanya saya.”Belum,” jawab si bungsu. Dua hari kemudian si bungsu kirim foto, kartu pos sudah diterima, berikut kirim gambar Bams yang sedang bingung memelototi kartu pos. Kartu pos sampai di Azumada, Toyohashi 20 hari, lebih cepat dari perkiraan yang disampaikan staf Kantor Pos.

Bams senang tetapi terlihat bingung. Saat vidcal, dan diajak mengobrol terlihat Bams belum paham. PR untuk mama Bams nih sekalian menjelaskan tempat wisata di Indonesia yang ada di gambar Kartu Pos. Semoga suatu ketika Bams bisa mengunjungi Bromo, Danau Toba dan Labuan Bajo, saat ke Indonesia.


Kabel berseliweran

$
0
0

Rasanya sudah terbiasa melihat kabel berseliweran di Jakarta. Bahkan setiap kali ada seorang teman yang hobinya memposting kabel yang semrawut ini dari berbagai pelosok Jakarta di time line face booknya. Saya tidak tahu, apakah di daerah yang bukan kota besar kabel-kabel ini juga berseliweran.

Kabel menghalangi depan pagar rumah

Pagi ini saya terkejut melihat kabel melintang di depan pagar….lha kalau mobil mau keluar pagar bagaimana? Ini kabel listrik (PLN) atau kabel internet? Awalnya saya pikir tetangga yang sedang merenovasi rumahnya memasang kabel internet….ternyata dari diskusi di WA grup, rumahnya tidak dipasang internet, karena rumah itu khusus untuk dikontrakkan. Akhirnya anak saya posting di twitter dan mencolek provider yang diperkirakan pemilik kabel yang berseliweran ini, yaitu: FM, Indh dan Ox. Ternyata tidak ada yang bereaksi, entah memang bukan pemiliknya atau merasa acuh saja.

Kabel cukup diikat dengan tali rafia
Akhirnya petugas datang untuk memperbaiki

Kemudian anakku menghubungi provider internet langganan rumah kami, sebut saja X. Sekitar jam 10.30 wib pagar saya diketuk orang, setelah saya tanya ternyata petugas dari provider X. Saya menyampaikan keluhan dan sekalian meminta tolong untuk merapihkan kabel lainnya. Tidak lama kemudian ada dua petugas datang lagi dari provider yang sama. Syukurlah akhirnya kabel-kabel ini bisa agak dirapihkan walau tetap tidak rapih sekali. Dan sampai hari berganti, provider lainnya tidak datang….berarti yang datang memang hanya provider langganan kami, padahal kabel internet dari dua provider lain juga semrawut.

Siapakah sebetulnya lembaga yang mengawasi masalah perkabelan ini?

Kenapa Yangti mesti pulang ke Indonesia?

$
0
0

Setelah yangti dan yangkung mengunjungi Toyohashi, rupanya Bams berpikir bahwa rumah yangti dekat. Saat bertanya-tanya kenapa yangti tidak lagi ke rumah, Bams menanyakan hal tersebut pada mama. Bams terus bertanya kenapa yangti pulang?

Menemani mama mencuci baju di Coinlaundry

:))

“Mama, yangti Indonesia ni iku? “ (Yangti ke Indonesia?)

“Kenapa?”

:))

Mama Bams bilang rumahnya yangti di Indonesia.

:))

Bams pikir nama tempat sejenis hoikuen (hoikuen=day care, tempat Bams sekolah). Mungkin dianggap dekat oleh Bams. Hanya sekitar 1-2 km. Kekekeke

Ahh … Yangti jadi kangeeen Bams.

Temu Kangen SMASA, SMADA, SMAGA dan Bonaventura

$
0
0

Kamis, 8 Februari 2023

Awalnya, temu kangen ini akan dilaksanakan di Puri Cikeas, kediaman mas Djoko Suyanto. Mengingat hujan terus menerus, untuk memudahkan teman-teman bisa berkumpul, acara dipindahkan ke XXI Lounge, Plaza Senayan Lantai 4. Untuk mempertemukan satu SMA seluruh Madiun ini sudah digagas agak lama, awalnya masing-masing SMA melaksanakan reuni sendiri-sendiri. Sejalan dengan bertambahnya usia, anggota makin sedikit. Kemudian saat pertemuan SMASA angkatan 69, mas Djoko yang alumni SMADA hadir, dan mengungkapkan keinginannya, bagaimana jika kita bisa berkumpul menjadi satu untuk reuni satu angkatan seluruh SMA Negeri di Madiun.

Pertemuan pertama di Cikeas

Temu kangen pertama antara SMA Negeri di Madiun angkatan 69 ini berlangsung di Puri Cikeas awal Februari 2023, acaranya sungguh semarak. Di sini kemudian disepakati, agar pertemuan selanjutnya juga mengundang SMA swasta yaitu SMA Bonaventura….pada saat itu mbak Yulin yang kebetulan alumni SMA Bonaventura hadir di Cikeas.

Tidak terasa setahun hampir berlalu. Mas Djoko, mas Wandi dan mas Bambang Bagijo kemudian menggagas untuk temu kangen berikutnya, yang kali ini juga mengundang teman-teman dari SMA Bonaventura. Pada Kamis, tanggal 8 Februari 2024, akhirnya keinginan untuk menyatukan temu kangen antar SMA satu angkatan di Madiun terlaksana. Jika waktu SMA tidak satu sekolah, ternyata ada yang SMP nya sama, atau bahkan SD nya sama. Madiun kota kecil, saat itu hanya ada 3 (tiga) SMA Negeri, area bermain tidak begitu luas sehingga sebetulnya kami saling kenal.

Eyang putri alumni SMASA…acara belum mulai sudah berfoto dulu untuk kenang-kenangan.
Ketua SMASA diapit para eyang putri

Setelah acara dibuka oleh mas Djoko, maka ustadz dadakan yaitu mas Amron memimpin doa. Rupanya mas Amron yang dulu rasanya pendiam, memulai doa dengan memberikan parikan reuni sebagai berikut:

Getuk tela diparuti klapa..

Petuk kanca.. tapi lali iki sapa…

Isa nembang ora isa nyuling..

Suwi oleh e nyawang tapi tetep ora eling..

Kami semua tertawa….kemudian hening untuk mengikuti doa yang dipimpin ustadz Amron. Kemudian acara bebas, menyanyi, joget, mengobrol, kangen-kangen-an. Ada teman yang saya baru ketemu lagi setelah 54 tahun. Bisa dibayangkan berapa usia kami semua.

Ustadz Amron memimpin doa

Terima kasih kepada mas Djoko Suyanto, yang merupakan alumni SMADA, telah memprakarsai acara ini, membuat kami bisa berkumpul untuk mengenang masa muda, kongkow-konngkow sambil mengobrol ngalor ngidul, nembang dan berjoged. Mas Wandi bahkan mendatangkan dua guru dansa, agar bisa memandu teman-teman untuk berdansa. Para eyang ini turun untuk berdansa, dari dansa waltz, rock n roll (hebat ya, masih ada yang kuat). Apalagi saat line dance, yang sedang “in” saat ini, banyak eyang melupakan usia dan sejenak menari bersama teman-teman. Sungguh acara yang membahagiakan dan membuat hati gembira.

Foto bersama

Yang membuat bahagia, kami kedatangan tamu istimewa, yaitu mas Hutoyo, yang sejak saat masih di SMA dikenal sebagai “anak ngeband”. Mas Hutoyo bersama isteri tercinta, putri dan cucunya (yang kebetulan akan diwisuda dari Universitas Pertahanan), hadir untuk menyemarakkan reuni kali ini. Tentu saja mas Hutoyo menyumbangkan lagu-lagu yang dulu populer. Tidak disangka ternyata banyak penyanyi dari SMA Madiun ini, mas Djoko dengan suaranya yang merdu, bahkan memberi hadiah bagi siapa yang bisa menebak intro dari lagu yang dinyanyikannya. Kemudian mas Wandi yang sudah menelurkan CD lagu-lagunya, juga mbak Ratna yang suaranya membuat kami semua bergoyang.

Tidak lupa kami semua foto bersama sebagai kenangan. Dan kemudian makan bersama, menikmati berbagai masakan yang benar-benar menggoyang lidah. Tentu saja kami makan dengan diiringi lagu-lagu dari The ThomShel Band.

Pada akhirnya tiada pesta yang tak usai, acara ditutup pukul 14.00 WIB dan kami pulang dengan membawa oleh-oleh dan kenangan manis yang tak terlupakan. Semoga kami semua sehat dan bisa berkumpul lagi pada reuni yang akan datang.

Cosplay

$
0
0

Cucu pertamaku usianya sudah termasuk ABG. Jadi yangti memang setiap kali terkejut dan harus bisa menyesuaikan. Biasanya saya melihat anak-anak muda berpakaian cosplay pada saat ada acara Matsuri yang sebelum pandemi covid-19 diadakan di areal Blok M setahun sekali. Matsuri adalah festival Jepang, dan merupakan cara bagi komunitas lokal untuk berkumpul dan mengadakan perayaan. Hampir semua matsuri memiliki hubungan dengan agama Buddha, Shinto, keempat musim, atau acara sejarah yang penting, meskipun beberapa sepenuhnya bergantung pada keindahan kembang api (wikipedia).

Saya sudah lama tidak melihat matsuri dirayakan di Jakarta, terakhir pada tahun 2019 masih di blok M. Jadi saat cucu pertama saya berpakaian cosplay, saya kaget juga. Cucu saya ini memang menyukai anime, sama seperti tantenya, yang sekarang sudah menikah dan tinggal di Jepang. Agar punya kenangan, cucuku diajak bundanya untuk berfoto dengan pakaian cosplay…. banyak yang tidak mengenali karena setelah di make up, wajahnya betul-betul berubah.

Foto berpakaian cosplay
Bergaya cosplay

Saat foto Ara yang berpakaian cosplay, oleh mama Narp ditunjukkan ke Bams…

Kata Bams: “Hhaaaaaa….”

Bams girang banget. Kata mama Narp, “Bams… itu kakak Ara.”

Bams seneng banget. Katanya:” kakak Ara tanjoubi da ne”. (Kakak Ara ulang tahun ya)

Ya, bagi Bams (usia 4 tahun, tinggal di Jepang), segala sesuatu berhubungan dengan perayaan ulang tahun.

Family Gathering: Bams belum paham acara tukar kado

$
0
0

Family Gathering atau Annual Kazokukai yang diadakan di perusahaan mama Bams hari Minggu, tanggal 11 Februari, dihadiri oleh mama Bams, papa dan Bams. Mama Bams cerita, bahwa Bams makin besar, semakin bisa menikmati acara, berkenalan dengan kolega mama serta mau foto bareng. Dan senangnya dapat banyak hadiah dan ikut quiz hura-hura. Yangti senang melihat foto Bams yang ceria. Di foto terlihat Bams pakai dasi, yang ternyata kata mama, pagi hari Bams pakaian lengkap pakai jas dan dasi, karena melihat papa dan mama berpakaian resmi. Setelah siang, mungkin karena Bams merasa gerah…jas dilepas. Syukurlah sempat foto pakai dasi, karena setelah itu dasipun dilepas.

Lucuu…Bams lomba bersama teman-temannya

Pada saat chat di Telegram dengan Yangti, mama Bams cerita sambil memberikan icon tertawa, yangti membayangkan adegan seru Bams yang ternyata belum memahami acara tukar kado. Mama juga cerita bahwa menurut Shachou (CEO), Bams kawaii (Imut). Pada saat acara tukar kado, Bams tidak mau kadonya ditukar. Mama tidak mempersiapkan Bams untuk mengerti tentang arti tukar kado, sehingga “agak heboh”. Karena Bams tidak mau kadonya ditukar, terjadi tarik-tarik an antara Mama dan Bams..kemudian Bams lari ke tengah ruangan.

“Ada apa…ada apa?” Kata Sachou

ii yo,” kata sachou dan adiknya. (nggak usah)

Waduhh Bams, engkau lucu sekali…belum mengerti ya nak. Akhirnya papaBams datang, dan mengajak Bams keluar, mama mengambil kado untuk Bams. Kali ini Bams lebih bisa menikmati acaranya, berbeda dengan tahun lalu. Karena belum paham, tahun lalu Bams datang dengan perut kosong… ternyata sachou pidatonya lama, jadinya drama. Kali ini mama lebih siap dan bisa memaintain, Bams diberi cemilan steam cake di mobil. Itupun perkiraannya telat, sehingga pas acara makan Bams belum terlalu lapar. Makan Bams sedikit, yang berimbas di akhir acara, Bams sudah mulai lapar…hmmm serba susah ya membuat timingnya pas.

Yangti bilang, jika membawa bocil, harus dijaga agar perutnya tetap kenyang supaya tidak rewel, di tas mama harus selalu ada cemilan. Mama Bams cerita, kemudian Bams sempat makan es cream, sekitar 45 menit setelah makan….dan Bams mulai diam, mama memperhatikan kok Bams seperti mau ngeden. Waduhh….akhirnya papa datang dan mengambil alih Bams. Mama ambil tas Bams dan mengantar sampai tangga. Pas mama balik ke ruangan, ternyata Bams dicari oleh sachou mau dikasih kado. Wahh…kembali timingnya kurang pas. Bams tetap dapat kado dari sachou, tapi tanpa seremoni naik ke atas panggung. Duhh…bocil.

Bagaimanapun, Bams sudah bisa menikmati acara. Sampai rumah, Bams komen, “Mama no kaisha no paatii, tanoshikatta” (Pesta perusahaan mama asyik ya…..hahaha)

Catatan:

Cerita di atas diambil dari percakapan antara Yangti dan mamaBams melalui telegram.


Kumpul-kumpul Alumni Putri IPB

$
0
0

Sabtu, 3 Februari 2024

Hotel Whiz Prime Pajajaran, jl. Cikuray 47 Bogor

Setelah lama absen, mungkin sekitar 5 (lima) tahun lebih, saya ingin hadir di acara Kumpul-kumpul Alumni Putri IPB di Bogor. Jadi, saat menerima undangan yang diposting di WAG Alumni Putri IPB, saya dan Ati serta Alda segera janjian untuk datang bersama. Biasanya kami selalu nebeng bunda Rini, namun karena bunda Rini sedang sangat sibuk, kami tidak berani mengganggu.

Awalnya agak kagok, karena dalam undangan dicantumkan untuk APIPB, sedang saat zaman saya kuliah, nama APIPB selalu diidentikkan dengan asrama putri IPB. Saya memastikan terlebih dahulu apakah undangan khusus untuk alumni Asrama Putri, karena teman saya yang akan datang bareng-bareng tidak tinggal di APIPB. Ternyata yang dimaksudkan adalah APIPB singkatan dari Alumni Putri IPB.

Menunggu di Citos

Ternyata bunda Rini bisa meluangkan waktu untuk hadir dan menawari saya, Ati dan Alda untuk barengan. Senangnya….walaupun lokasi acara mudah dijangkau, namun musim hujan seperti ini ada risiko sulit mencari taksi, terutama untuk pulangnya nanti. Pada waktu yang ditentukan, saya berangkat pagi-pagi, karena bunda Rini akan menjemput di Citos jam 8.00 WIB. Di Citos sambil menunggu bunda Rini, saya dan Ati sempat berfoto dulu. Setelah bunda Rini datang, kendaraan meluncur untuk menjemput Alda di depan gedung Antam.

Sebelumnya, saya sudah janjian dengan Tinoek dan Irawati, akan mengunjungi bu Sri Setyati Haryadi, yang saat ini dalam kondisi sakit di rumahnya, yang terletak di jl. Cikuray, hanya sekitar 100 meter dari lokasi acara pertemuan. Di jalan Tinoek menelpon, bertanya kami sudah sampai dimana, dan minta tolong agar menelpon jika kami telah sampai di Sentul, agar Tinoek juga bisa segera berangkat dari rumahnya di daerah Baranangsiang.

Memasuki kota Bogor, kami langsung menuju ke rumah bu Sri Setyati Haryadi. Sempat lama mengetuk pintu, agak khawatir karena tidak janjian…jangan-jangan ibu Sri sedang kontrol ke rumah sakit. Ternyata pintu pagar kecil, tempat lokasi praktek putrinya bu Sri yang dokter anak, tidak terkunci. Kami segera masuk ke halaman, agak lama pintu rumah baru dibuka, kemungkinan mbak yang merawat bu Sri sedang di belakang. Saya terharu dan prihatin melihat kondisi kesehatan bu Sri, berdoa semoga beliau segera diberikan kesembuhan, dan bisa beraktivitas kembali seperti semula.

Jalan Cikuray yang penuh kenangan

Jalan Cikuray, letaknya di dekat jalan Gunung Gede (sekarang Jl. Pajajaran), tempat lokasi kampus Pasca Sarjana IPB. Saat dulu zaman saya kuliah merupakan lokasi Perpustakaan, Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (Fatemeta), serta Fakultas Peternakan IPB. Di jalan Cikuray ini bertebaran tempat kost dan merupakan lokasi teman-teman saya dulu kost. Dan hotel Whiz Prima berlokasi di ujung jalan Cikuray dan jalan Gunung Gede, tentu saja saat saya kuliah dulu hotel ini belum ada.

Kami berjalan kaki menyusuri jalan Cikuray, sambil mengenang masa lalu. Tidak lama kami sampai di hotel Whiz dan segera naik lift ke lokasi acara. Senang sekali bertemu teman lama, para senior dan junior. Tentu saja kesempatan ini harus segera dibadikan…jadi acara belum dimulai, kami sudah heboh duluan untuk foto.

Bersama mbak-mbak para senior

Para senior ini ada yang saat kuliah masih merupakan bagian dari Universitas Indonesia, yaitu Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (FPUI). Dan yang membuat senang, para alumni tetap hadir ditemani para pendamping, dan karena sudah lanjut usia, ada yang memakai tongkat, bahkan ada yang berkursi roda. Semua semangat hadir untuk kangen-kangen an.

Bersama teman-teman dan Ketua KCBI Bogor, memakai kain batik Bogor yang cantik.
Para senior yang tetap semangat. Kika: Mbak Prapti, mbak Ida Ismail dan mbak Rien Hendro

Saya dan teman-teman A678++ sepakat memakai batik Bogor yang coraknya indah dan bagus sekali untuk berfoto. Acara ini berjalan lancar karena kerja keras mbak Ida Ismail, mbak Prapti dan mbak Rien Hendro, beliau masih semangat dan ceria, walau usia sudah lansia. Mbak Ida Ismail sebagai Ketua memberikan sambutan, menjelaskan awal mula Alumni Putri IPB sering berkumpul. Dan mengapa namanya Alumni Putri IPB, agar dapat menaungi semua alumni Putri yang pernah kuliah di IPB, dan agar memudahkan disingkat menjadi APIPB… jadi singkatannya bukan lagi Asrama Putri IPB.

Arti lukisan dalam sebuah kain batik Bogor, hasil karya pengrajin kain batik Bogor di desa Cibuluh. Kapan-kapan mesti lihat ke sana nih.

Mbak Prapti dan mbak Antin menjelaskan, bagaimana tentang cara membuat eco enzym, dan nantinya kami saat pulang akan dibawakan hasil eco enzym. Tata caranya ditempel pada botol tersebut, agar mudah dipelajari. Dan tak lupa, Ketua KCBI Bogor didampingi Tinoek, memberikan contoh bagaimana cara memakai kain batik yang mudah dan bagus. Juga menceritakan arti sebuah kain batik Bagor…setiap kain yang dibuat ada maknanya. Pada acara ini juga diadakan penilaian, siapa yang berbusana terbaik…dan yang mendapat hadiah pertama adalah bunda Rini, sedang hadiah kedua mbak Ida Ayu. Saat ada pembagian door prize, kembali bunda Rini dan mbak Ida Ayu mendapatkan undian…benar-benar hadiah tidak akan tertukar.

Bertemu Lily Larasati, senior dua tahun di atas saya.

Acara sukses, karena banyak yang hadir. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu, sudah kangen banget, dan kebetulan lokasi mudah dicapai. Benar-benar kami menikmati, semua ceria, makan kenyang dan banyak ketawa.

Senangnya ketemu teman lama. Kika: Mbak Wiwit (A5), Nita Riswari (A12), Handewi (A13), Enny (A7) dan Ani Madaniyah (A6)…A=Fakultas Pertanian.
Foto bersama

Terima kasih mbak Ida Ismail, mbak Prapti, mbak Rien, yang telah bekerja tanpa kenal lelah demi suksesnya acara ini. Pulangnya masih dibekali Eco Enzym….saya mesti belajar dulu nih apa manfaat eco enzym. Keluar hotel hujan deras….kami yang rencananya mau mampir ke tempat durian (saat itu sedang musim panen durian) terpaksa membatalkan makan durian dan langsung pulang ke Jakarta.

Ke Cafe Batavia bersama si kecil

$
0
0

Bersama anak dan cucu di depan Cafe Batavia

Cafe Batavia ini lokasinya memang strategis, persis di pinggir Taman Fatahillah, berhadapan langsung dengan Museum Fatahillah. Bagi yang jalan-jalan ke Kota Tua, destinasi lain yang bisa dikunjungi selain museum Fatahillah adalah museum Keramik dan museum Tekstil yang terletak di kiri kanan Museum Fatahillah. Atau kita bisa sekedar bersantai sambil naik sepeda di Taman Fatahillah. Jika ingin mengunjungi museum Bahari, bisa jalan kaki sekitar 800 meter menuju tepi Teluk Jakarta, di jalan Pasar Ikan.

Museum Fatahillah dan taman di depannya, dilfoto dari lantai 2 Cafe Batavia.

Kali ini saya dan anak sulungku, serta istrinya hanya ingin sekedar menikmati makan siang di cafe Batavia, maklum rasanya sudah lama sekali nggak ke sini. Jaraknya yang cukup jauh dari tempat tinggal saya, serta kemacetan jalan yang makin menjadi-jadi, membuat kami lebih memilih makan di lokasi yang mudah dicapai dari rumah, jika ingin makan di luar. Kami berangkat jam 10.00 wib dari rumah, mendekati stasiun Jakarta Kota, jalan macet, banyak sekali keluarga yang mengunjngi Kota Tua bertepatan dengan musim libur Lebaran. 

Kami menyusuri jalan dengan santai, melewati Toko Merah di tepi sungai Krukut yang telah selesai di renovasi dan terlihat mengagumkan. Lingkungan Kota Tua makin indah dan bersih, penjual makanan yang dulu ada di kiri Taman Fatahillah, sekarang dirapihkan menjadi di luar lingkungan Taman Fatahillah, sehingga Taman Fatahillah benar-benar untuk menikmati jalan kaki dan naik sepeda. Beberapa keluarga terlihat selfie, senang rasanya melihat lingkungan yang bersih, gedung kuno banyak yang sudah selesai di renovasi.

Bersama anak, menantu dan cucu

Kami langsung menuju Cafe Batavia, pengunjung penuh sesak, kami diminta duduk dulu menunggu ada meja kosong. Tak lama kemudian kami diantar ke lantai dua…. dan syukurlah mendapat tempat persis di meja yang dekat jendela dengan pemandangan Taman Fatahillah. Kami diberi tahu bahwa waktunya maksimum 90 menit…aturan yang bagus menurutku, agar orang tak berlama-lama disini hanya sekedar menikmati pemandangan.

Makanan yang dipesan.

Cafe Batavia  memang menarik, baik dari kualitas makanan, penyajian maupun interior cafe nya. Kami memesan makanan, sambil menunggu kami mulai berfoto dengan berbagai sudut. Tak lama kemudian makanan yang dipesan datang, dan ternyata waktu 90 menit cukup lama, kami puas menikmati makan sambil melihat pemndangan Taman Fatahillah, orang yang berlalu lalang, naik sepeda dengan topi berwarna cerah. Dan yang menyenangkan, si kecil sungguh menikmati makanan nya, dan mau mencoba berbagai makanan yang dipesan.

Interior toilet di Cafe Batavia

Langit di atas Taman Fatahillah terlihat biru saat difoto, mungkin karena polusi banyak berkurang disebabkan banyak penghuni kota Jakarta yang mudik Lebaran. Selesai makan, saya ke toilet, di toilet ini saya memotret interiornya, yang berupa foto-foto bintang film tempo doeloe.

Dinding toilet yang penuh foto bintang film tempo doeloe

Sebelum pulang, kami menyempatkan diri berfoto di depan Cafe Batavia untuk kenang-kenang an. Si kecil sibuk bertanya, mana halaman Cafe Batavia, kok nggak seluas dilihat dari atas? Rupanya si kecil berpikir bahwa Taman Fatahillah termasuk halaman Cafe Batavia.

Catatan:

Cerita ini dari arsip, yang lupa tidak di upload…sekarang si kecil sudah ABG


Taisou Happyoukai

$
0
0

Mama Bams cerita kalau hari Sabtu ini, Bams akan ikut Taisou Happyokai. “Apa itu?” tanya yangti. “Semacam senam gymnastik di sekolah,” jawab MamaBams.

“Wahh kereen dong,” kata yangti. Bams memang suka panjat memanjat, jungkir balik di rumah. Rupanya di sekolah hal yang sama juga dilakukan. Yang menarik, sekolah di Jepang ada festival olah raga di sekolah, untuk mempertontonkan kemampuan anak-anak dalam berolah raga. Jadi anak-anak sejak usia dini (mungkin PAUD jika di Indonesia) sudah dilatih untuk berani melakukan sesuatu, agar menjadi anak yang kuat dan sehat serta berani menghadapi tantangan.

Sensei siap menjaga
Bergelantungan
Ayoo loncat

MamaBams cerita, rasanya terharu dan bahagia melihat Bams senang….waktu rombongan Bams masuk ruangan saja mama sampai berkaca-kaca karena terharu. Bams makin besar, setahun terakhir ini Bams semakin menikmati sekolah, bisa bergaul dengan teman sepantaran maupun tingkat di atasnya. Bams juga tidak pemalu lagi.

Senangnya sudah menyelesaikan kewajiban

Alhamdulillah acaranya lancar dan Bams enjoy banget. Mama benar-benar happy.

Persis seperti kata Sensei, setahun terakhir ini anak-anak perkembangannya pesat sekali,

Sugoku seichou-shita ne..”.

Otsukaresama deshita, Bamski.

Sehat-sehat ya Bams…ganbatte!!! Yangti ikut senang melihat foto-fotomu yang tanpa beban dan ceria.

Masakan Menantu

$
0
0

Menantuku suka memasak, ini saya sudah tahu sejak si bungsu masih pacaran. “Wahh, enak dong,” kata saya pada si bungsu. Lha nanti kamu bagian mencuci piring dan panci-panci setelah selesai masak. Saya tahu, si bungsu agak malas untuk mencuci piring dan lain-lain.

Jadi, saat saya mengunjungi anak menantuku di Jepang tahun 2018, empat tahun setelah si bungsu menikah, saya berpikir paling tidak saya bisa melihat cara memasak makanan Jepang. Boro-boro, tiga hari pertama saya malah tergeletak gara-gara salah makan dan masuk angin. Dan yang tidak diduga, ternyata menantuku justru memberikan surprised dengan beberapa kali memasak makanan Indonesia.

Selama di Jepang 9 (sembilan) hari saya justru menyantap berbagai masakan Indonesia, baru sesekali menantuku mengenalkan masakan Jepang yang ingin saya cicipi. Apa jenis masakan yang dibuat oleh menantuku selama saya berada di Jepang?

Kari

Kari atau lodeh. Hari pertama di Jepang saya sarapan kari. Sayang saya tidak berani makan kuahnya karena perutku sedang bermasalah sehingga menghindari santan.

Pepes ikan tuna

Pepes ikan tuna. Rupanya menantuku telah beberapa kali mencoba membuat pepes ikan, sampai mendapatkan rasa yang pas di lidah. Pada saat kunjungan ke Bandung, dia saya ajak makan pepes di Ampera, agar bisa memahami rasa pepes yang tepat seperti apa. Awalnya memang yang jadi masalah mencari bumbu dan daun pisang, rupanya sekarang hal tersebut tak menjadi masalah karena bisa pesan melalui internet, jadi jatuhnya memang mahal.

Sukiyaki

Sukiyaki. Ini gara-gara saya ditanya teman, apakah sudah pernah mencicipi sukiyaki? Gara-gara saya tanya, akhirnya menantuku memasak sukiyaki, rasanya segar, apalagi menantuku menambahkan berbagai macam sayuran.

Nasi Biryani. Apa? Nasi biryani? Saya betul-betul kaget dan ternyata hasil masakan menantuku enak, terasa ringan dan sedap. Setelah hampir habis baru ingat mesti difoto. Saya sendiri makan nya menambah satu piring…. payah ya.

Bihun goreng

Bihun goreng. Masakan ringan yang enak disantap di sore hari. Bihunnya ringan dan sedap.

Oden

Oden. Menantuku masak Oden menjelang saya balik ke Indonesia. Dari berbagai masakan menantuku, saya paling suka masakan ini. Konon katanya masakan Oden lebih cocok dimasak saat musim dingin karena menghangatkan rumah.

Nahh apakah menantuku bakal masak jika pas ke Indonesia? Tentunya lebih baik mencoba berbagai kegiatan lain, agar waktu yang ada bisa dimanfaatkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat.

Setahun kemudian, tahun 2019,  saya mengunjungi Toyohashi, kali ini untuk menemani si bungsu melahirkan. Saya tinggal satu bulan di Toyohashi, dan tentu saja menantuku tidak sempat memasak, karena dia menggantikan tugas istri yang setelah punya bayi udah sibuk mengurusi bayinya. Dan saya bertugas belanja dan memasak, tentu saja masakan Indonesia. Dan saya memasak yang biasa-biasa saja, yang mudah….rupanya menantuku cukup menyukai rasa masakanku. Saat saya pulang, dia tanya sama istrinya…”Bagaimana membuat semur seenak masakan yangti? ” Wahh bahagianya.

Usia Bams 6 (enam) bulan  saat covid-19 menyerang dunia dan dinyatakan pandemi, sehingga saya dan si bungsu hanya saling berkabar lewat video call. Akhirnya bulan Oktober 2023, saya bisa kembali menengok si bungsu bersama suami dan anak sulung. Jepang masih hati-hati, penerbangan dari luar negeri semua mendarat di Tokyo, baru kami melanjutkan perjalanan dengan shinkansen. Tentu saja biaya menjadi membengkak, tidak masalah karena kangen cucu, ditambah ingin juga melihat kondisi amancu (anak menantu cucu) setelah pindah ke rumah sendiri, karena sebelumnya tinggal di apartemen.

Saya hanya bertemu menantu pas baru datang dan besoknya menantuku ada business trip ke luar negeri. Tiga hari sebelum kami kembali ke Indonesia, menantuku baru datang.  Memang tujuan kunjungan kami adalah menemani si bungsu karena ini pertama kalinya menantuku bistrip agak lama sejak punya anak. Dan menantuku menyiapkan masakan yang kemudian diletakkan di lemari es, sehingga saya tinggal memanaskan setiap mau makan. Namun, saya tetap memasak masakan Indonesia, syukurlah cucuku mau mencoba.

Apa masakan menantuku untuk bapak ibu mertua dan iparnya, saat pulang kembali dari bistrip? Hal ini telah saya tulis di https://edratna.wordpress.com/2023/11/07/kopi-dan-masakan-papabams/#more-12553

Kantor Pos dan Paket

$
0
0

Saat remaja, saya sering berhubungan dengan Kantor Pos, waktu itu sekedar surat menyurat dengan sahabat pena. Setelah mahasiswa, ke Kantor Pos menjadi rutin, minimal satu bulan sekali, untuk mengambil uang kiriman dari ayah, yang dikirim melalui wesel. Saya mempunyai kartu C1, agar setiap kali dapat kiriman uang, tidak harus minta tanda tangan ke Fakultas.

Kantor Pos di Jl. Fatmawati, Jakarta Selatan

Setelah mengenal bank, mengirim uang lebih mudah melalui transfer, saya tinggal turun ke bawah karena lokasi kantor cabang di lt.1 dari gedung tempat saya bekerja. Apalagi sejak ada ATM, transaksi semakin mudah.

Sejak si bungsu tinggal di Toyohashi akhir 2009 ( wahh hampir 15 tahun ya…😄😄😄)…ke Kantor Pos menjadi sering. Dan tujuannya mengirim paket makanan. Setelah si bungsu menikah, saya agak jarang kirim makanan, karena menantuku pinter memasak.

Setelah si bungsu hamil dan punya anak, mengirim paket menjadi rutin lagi…paling tidak 2-3 bulan sekali. Apa yang dikirim? Selain makanan khas Indonesia, seperti sambal pecel dan gado-gado…juga tolak angin, wedang uwoeh, dodol Garut, dodol durian, kadang-kadang si bungsu ingin dikirim indomie dengan berbagai variasi rasa, gudeg, dll.

Tempat ngecas baterei mobil listrik

Awal Februari 24 menantuku lewat si bungsu mengirim WhatsApp, nitip dikirim sajadah, sekaligus bumbu pecel dan gado-gado. Dari beberapa merk yang pernah saya kirim, menantuku cocok dengan sambel pecel merk “Enak Eco” dan bumbu gado-gado merk ” Marina”. Karena bingung cari dimana, akhirnya cari lewat Sophee…dan baru tahu ternyata bumbu pecel dan gado-gado berbagai merk bertebaran di Sophee. Akhirnya saya beli sajadah juga secara on line, dipandu Kristin ( istri anak sulungku)…maklum urusan belanja on line masih gatek.

Bumbu Gado-gado merk Marian kesukaan menantu

Ke Kantor Pos, saking seringnya, jadi kenal dengan mas-mas petugasnya. Jadi, sebelum berangkat saya kirim WA jenis barang yang akan dipaketkan beserta harganya…agar petugas bisa segera membuat draf Custom Declaration System (CDS). Maklum saat ini mengirim barang ke Jepang harus di cek satu per satu dan berapa harganya, hal ini agar tidak ada barang yang sebetulnya tidak diperkenankan terkirim. Si bungsu mewanti-wanti agar ibu benar-benar membaca peraturannya, karena jika lolos dari negara asal, kemudian terkena imigrasi di Jepang, biayanya lebih mahal, bahkan ada yang sempat mendapat ganjaran hotel prodeo. Orang yang aneh-aneh banyak, petugas pos cerita ada barang yang dibungkus rapih…dan terlewat dari sensor Kantor Pos…syukurlah bisa dicegat di imigrasi bandara…dan coba tebak.. barang yang dikirim adalah burung yang dilindungi. Saya nggak tega membayangkan, burung kecil itu dibungkus dan risikonya bisa mati di tempat tujuan karena kurang udara. Kok tega ya orang yang berniat tidak baik itu.

Sambel pecel merk Enak Eco yang melalang buana sampai Toyohashi

Mengirim jenis barang yang akan dikirim lewat WA atau email juga memudahkan petugas untuk pengecekan, sehingga prosesnya bisa lebih cepat. Bagi saya hal ini lebih aman, karena barang yang dikirim telah melalui proses pemindaian dan pengecekan dan termasuk aman untuk dikirim. Begitu sampai Kantor Pos prosesnya lebih cepat. Petugas Pos melayani dengan ramah dan sopan. Saya kemudian membayar lewat debet atau ditransfer ke rekening Kantor Pos. Saat masih nunggu paket dibungkus dan dirapihkan, notifikasi hp saya sudah berbunyi…ada email dari Kantor Pos tentang CDS bahwa paket siap dikirim.

Contoh Custom Declaration System(CDS) yang dikirim ke email saya

Sebetulnya Kantor Pos melayani antar jemput barang yang akan dikirim. Saya pernah menggunakan jasa antar jemput ini, saat mengirim buku saya yang baru terbit. Petugas bertanya berapa kg beratnya kira-kira barang yang akan dikirim, apakah cukup dijemput menggunakan sepeda motor atau harus mobil. Kemudian saat petugas pos datang di rumah, akan mengecek catatan saya dengan jumlah dan jenis barang yang akan dikirim. Setelah barang diambil dan ditimbang di Kantor Pos, saya mendapat WA, berapa jumlah barang yang harus saya bayar melalui WA, kemudian saya transfer biayanya ke rekening Kantor Pos. Petugas kemudian mengirim CDS melalui email.

Rata-rata pengiriman barang memerlukan waktu 5 hari, biayanya lumayan….namun seimbang dengan kebahagiaan anak mantu dan cucu saat menerima kiriman barang dari kami. Saya pernah mengirim dengan biaya murah, melalui kapal laut, namun barang yang dikirim haruslah barang yang tidak cepat rusak, misalnya buku. Waktunya?…satu bulan….lha ya namanya “Jer basuki mawa beya.”

Dan betapa kagetnya saya kali ini, saat si bungsu dan Bams vidcall….paket udah diterima dalam jangka 3 ( tiga) hari….wahh kemajuan nih. Semoga Kantor Pos tetap bersinar dan sukses, karena keberadaannya masih diperlukan bagi masyarakat.

Samsat

$
0
0

Minggu kemarin saya ke Samsat untuk mengurus perpanjangan lima tahun mobil….ketahuan sudah mobil tua ya. Saya siap-siap seperti lima tahun lalu, kalau perpanjangan lima tahunan perlu waktu lebih lama, dibanding perpanjangan tahunan yang bisa drive thru….. dimana kita tinggal menyodorkan asli STNK , asli BPKB dan asli KTP…tunggu di mobil nggak sampai lima menit, bayar…selesai, tanpa keluar dari mobil.

Gedung Samsat
Tempat parkir penuh

Saya siap membawa tas cukup besar, selain berisi dokumen juga mukena, siapa tahu melewati sholat Duhur, bisa sholat di Samsat. Saya diantar Minah berangkat dari rumah jam 9.00 wib. Sampai kantor Samsat Jakarta Selatan, kendaraan langsung menuju belakang gedung, tempat petugas bertugas menggosok nomor rangka kendaraan. Minah mencari tempat parkir, saya langsung ke lokasi untuk menunggu dipanggil. Saya datang ke loket pendaftaran sambil menunjukkan formulir hasil nomor rangka yang telah digosok sambil membawa setumpuk dokumen, berupa fotokopi: BPKB, STNK, KTP, KK serta dokumen asli.

“Ibu silahkan duduk saja, tidak perlu menyerahkan dokumen, semua sudah ada di data kami.”

“Terima kasih pak,” jawab saya….wahh hebat ya.

Tidak sampai 10 menit, saya sudah dipanggil, dan disarankan langsung menuju lantai 1 dari Gedung Samsat. Minah bahkan belum terlihat, belakangan dia cerita dapat parkir di lantai 4 gedung parkir karena parkir di lapangan terbuka telah penuh.

Saya menuju lantai 1, menuju loket C yang ada tulisan diatasnya tempat perpanjangan STNK. Petugas bertanya, apa ada perubahan alamat? Saya bilang tidak. ” Silahkan ibu ambil formulir dulu di komputer ujung ya,” kata petugas. Saya menuju ke lantai satu ujung dan tanya petugas.

“Tulis nomor polisi kendaraan dan Hp ibu ya,” katanya.

Saya mengikuti arahan petugas, kemudian terlihat form saya sudah lengkap di komputer. “Bisa langsung di print bu,” kata petugas lagi. Wahh cepat sekali. Saya kemudian kembali ke loket C, menyerahkan STNK asli dan KTP asli. BPKB tidak diminta karena sudah tercatat di data kepolisian.

“Silahkan duduk bu, nanti dipanggil.” kata petugas.

Saya duduk di kursi depan loket…lima menit kemudian saya sudah dipanggil. Kemudian saya membayar ke kasir, dan terus ke loket pengambilan. Dan prosesnya juga sekitar lima menit sudah selesai.

“Ibu keluar gedung, belok kiri, nanti ambil nomor kendaraan di sana ya,” kata petugas.

Saya kembali duduk menunggu Minah….tidak lama Minah muncul. Kami berdua kemudian menuju tempat pengambilan nomor kendaraan, di sana menunggu sekitar 15 menit…dan semua proses selesai. Sejak saya datang untuk menggosok rangka kendaraan sampai dengan pengambilan plat nomor, proses hanya sekitar 30 menit. Wahh saya benar-benar salut…ruangan di Samsat bersih dan suasananya nyaman. Petugas juga jauh lebih ramah. Semoga kondisi ini bisa dipertahankan ya.

Saya bersama Minah kemudian menuju Food Court yang berada di samping tempat menggosok rangka mobil. Food court lokasinya luas, bersih dan banyak terdapat variasi makanan. Saya memilih makan siomay dan teh manis, bersama Minah hanya bayar Rp.50.000,-….. nikmat sekali, siomaynya enak dan murah. Saya kemudian pesan untuk dibawa pulang, buat suami.

Berapa level pedasmu? Bisa Cek di Mie Gacoan

$
0
0
Mie Gacoan…siapapun bisa foto di sini.

Begitu keluar dari jalan kecil di depan rumah saya, belok kanan sekitar 20 meter, di seberang jalan ada bangunan baru. Sebuah rumah makan dengan nama “Gacoan”. Gacoan dalam KBBI artinya taruhan, pacar. Ada lagi arti lain (dalam bahasa gaul), yaitu dapat diandalkan, jagoan dalam pertandingan. Terlalu banyak resto di sekitar jl. Fatmawati membuat saya tidak terlalu memikirkan, dan santai saja. Namun suasana parkir yang selalu penuh dan herannya sebagian besar berupa sepeda motor, membuat saya sudah bisa menebak harga masakan di resto Gacoan ini. Setelah ngobrol-ngobrol. ternyata amancu sudah mencoba mie gacoan ini.

Bagaimana rasanya?”

” Sesuai standarlah…sepadan dengan harganya yang hanya sekitar Rp.10 ribuan,” jawab sulungku.

Kemudian saya baca blogombal, blognya paman Tyo ( pemilik dagdigdug.com) yang membahas tentang mie gacoan ini. Jadi ikut penasaran juga, karena saya penyuka masakan mie. Dulu di seberang pompa bensin jalan Fatmawati, ada rumah makan “Upnormal” yang masakannya banyak berupa berbagai mie. Jika amancu (anak mantu cucu) pesan yang lain-lain, saya setia pesan mie tek-tek atau mie golosor, yang berkuah dan terasa segar. Minumnya setia teh panas manis, karena rasa tehnya sesuai selera saya. Sayang Upnormal tidak berusia panjang.

Saya juga suka mie Sedjuk, sejak diajak menantuku makan di sini. Rasa mienya mirip-mirip mie Gajah Mada, dan suasana restonya menarik, terletak di perumahan daerah Lebak Bulus. Saya dan keluarga bisa berlama-lama di resto ini sambil mengobrol karena suasananya nyaman dan sejuk. Sayang tempat parkirnya kurang luas, sehingga beberapa kali terpaksa batal karena tempat parkir penuh.

Pengunjung banyak usia muda…termasuk anak-anak sekolah ini, karena harganya yang sesuai kantong mereka.
Suasana menarik

Kemarin saya keluar rumah untuk belanja bulanan, sebelumnya mengganti olie mobil dulu, terus mampir ke ATM Bank. Wahh kok udah hampir jam 12.00 WIB. Jika langsung ke ITC Fatmawati untuk belanja bulanan di Hari-Hari langganan si mbak, saya bisa pusing dan lemas. Saya punya tekanan darah rendah dan gula darah rendah….juga maag, jadi diusahakan tidak telat makan. Ditambah jika belanja kemungkinan bertemu orang banyak. Jadi saya dan si mbak mampir ke Gacoan.

” Apa mbak yang paling banyak dipesan?” tanya saya.

” Mie gacoan bu, ” jawabnya.

” Oke saya pesan mie gacoan, ” jawab saya.

” Ibu mau level pedas berapa?”

Waduhh….ada level pedasnya ya. Akhirnya saya pesan level pedas 1 dan si mbak level pedas 4. Kemudian saya pesan minum es gacoan dan es teklek… mau tanya kenapa namanya begitu, antrian di belakangku sudah mengular.

Mie Gacoan level satu…..pedaaas
Es Gacoan dan es teklek…lupa arti namanya. Rasanya asem manis.

Awalnya saya bisa menikmati…cukuplah pedasnya. Tapi melihat si mbak mengaduk mie agar bumbu meresap, saya ikutan. Dan…hsh…hsh…saya kepedesan….terpaksa dihentikan makannya dan langsung minum. Si mbak santai aja makannya….kayaknya cocok level pedasnya. Dan biaya makan kami berdua hanya Rp.40.500,-…murah ya.

Saat di rumah si sulung, komentar…

” Saya lupa ngasih tahu, harusnya ibu pesan yg level nol saja.”

Level nol?…berarti tanpa cabe? Apa enaknya? Tapi kata Ara, ” enak kok yangti.”

Saya lupa kalau hitungan itu dimulai dari nol.

Viewing all 391 articles
Browse latest View live