Quantcast
Channel:
Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Menyusuri Pantai Bali dengan “Bounty Cruises”

$
0
0
Kapal pesiar di pelabuhan Benoa

Kapal pesiar di pelabuhan Benoa

Setiap kali mengikuti seminar, yang kemudian ada acara makan-makan di atas kapal, kebetulan saya dan teman selalu sudah punya acara sendiri. Kali ini, saat ada Konferensi Nasional Profesional Manajemen Risiko di Denpasar, pada sore hari nya ditawari ikut acara menyusuri pantai Bali untuk melihat sun set dengan kapal pesiar (Bounty Cruises), dan makan malam di kapal.

Kebetulan saat itu kami belum punya acara yang lebih menarik, dan apa salahnya ikut pesiar menyusuri pantai Bali. Jika siang harinya saat istirahat saya dan teman sempat menyusuri jalan Tol Benoa-Nusa Dua yang lokasinya di atas laut, maka malam harinya ingin mencoba menyusuri pantai Bali dengan kapal pesiar. Dan ternyata merupakan keputusan yang tak disesali karena acaranya sungguh menarik, apalagi berlayar bersama teman-teman yang baru dikenal selama acara seminar.

Bagian bawah Bounty Cruises dibuat berlubang agar lebih stabil

Bagian bawah Bounty Cruises dibuat berlubang agar lebih stabil

Kami berkumpul di lobby hotel jam 16.30 wita, kemudian naik bis ke pelabuhan Benoa. Di sini, masing-masing penumpang yang sudah membawa tiket, mendapat bunga kamboja yang disematkan di salah satu telinga dan diberi cipratan air agar selamat dalam pelayaran. Kapal Bounty Cruises mempunyai kapasitas 300 orang, terdiri atas tiga lantai …. saat mendekati sun set, biasanya orang akan naik ke geladak yang merupakan tempat terbuka. Sayangnya hari itu hujan turun sejak siang hari, dan masih rintik-rintik saat kami menuju pelabuhan Benoa. Kapal Bounty di bagian bawah dan tengah berlubang, sehingga terlihat air laut mengalir deras, rupanya ini dimaksudkan agar kapal lebih stabil.

Menyambut tamu yang naik ke kapal

Menyambut tamu yang naik ke kapal

Setelah menunggu cukup lama, kami mulai dipersilahkan naik ke kapal, di kiri kanan berdiri gadis berpakaian penari Bali  untuk menyambut tamu. Kami dipersilahkan untuk berfoto dengan penari tersebut, yang sayangnya tak ada yang berminat karena hujan mulai deras. Di pintu masuk kapal, masing-masing penumpang mendapat segelas juice jeruk dan sandwich kecil.

Menikmati pelayaran

Menikmati pelayaran

Penumpang semakin memenuhi kursi-kursi yang disediakan, kami menyempatkan diri berfoto dulu bersama teman-teman satu meja … ternyata sulit mempertahankan bunga kamboja kuning tetap  di telinga. Kapal mulai melepas jangkar, terasa bergetar saat maju, kami melihat keluar jendela yang ternyata masih gerimis.

Crew kapal mengumumkan aturan keselamatan pelayaran, disertai gambar yang ditayangkan di TV, bagaimana cara melakukan penyelamatan jika terjadi sesuatu dan pelampung ada di bawah kursi penumpang. Saya meraba bawah kursi, lega ada pelampung dan berharap pelayaran sekitar 2,5 jam ini aman, karena saya tak bisa berenang.

Tak lama kemudian ada pengumuman bahwa makan malam telah siap, karena sudah tak mengharapkan dapat melihat sun set, saya dan teman-teman mulai berdiri mengantri makanan. Agak pusing juga saat berdiri antri makanan, goyangan kapal sangat terasa. Jadi, yang seharusnya bisa santai dan bolak-balik mengambil makanan, lebih baik saya mengambil sekaligus saja. Saya perhatikan ada banyak turis yang ikut pelayaran ini, antara lain dari Korea, Jepang, Taiwan, Hongkong dan Malaysia…tentu saja paling banyak turis domestik. Rupanya teman-teman yang masih muda mencoba mendapatkan sun set dengan naik ke geladak … mereka berhasil mendapatkan foto yang bagus. Saya lebih aman tetap duduk di lantai bawah, karena hujan geladak agak licin, dan bagi orang seusia saya risiko terpeleset lebih besar.

Para penari

Para penari

Musik mengiringi kami saat makan, setelah Magrib, ada penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu sesuai kebangsaan tamu yang ada di kapal, beberapa penumpang ikut bernyanyi dan bergoyang. Tak lama kemudian gamelan Bali terdengar mengentak, keluarlah tiga penari cantik yang meliuk-liuk mengikuti irama gamelan, orang-orang mulai mencari posisi untuk memotret, termasuk saya … susah mendapatkan foto dengan penari yang bergerak terus.

Peserta ikut penari

Peserta ikut penari

Penari mengajak penumpang ikut menari bersama, seru juga melihatnya.

Tari India

Tari India

Selesai tari tradisional di sambung dengan modern dance yang dibawakan oleh tiga penari. Tari-tarian ini bersambung terus, bergantian antara tari tradisional dan tari modern, juga lagu-lagu yang dibawakan penyanyi bersuara merdu.

Di antara acara itu,  yang menarik adalah acara komedi, dibawakan dengan menarik, yang membuat tamu-tamu terutama dari Korea terbahak-bahak, walau saya tak yakin mereka memahami bahasa yang dibawakan pelawak. Yang awalnya malu-malu, suasana akhirnya makin mencair, bahkan peserta dari Korea dan dari Hongkong ikut berpartisipasi dalam acara melawak ini, membuat suasana makin meriah. Saya benar-benar mengapresiasi acara lawakan ini, membuat kami semua melupakan segala kesulitan dan tertawa gembira bersama-sama.

Bounty Cruises ini dilengkapi dengan enam toilet di masing-masing lantainya, hal yang paling saya hargai. Dengan cuaca dingin seperti ini, sangat diperlukan toilet bersih dan air yang berlimpah, syukurlah semua tersedia di Bounty Cruises ini. Saat saya pergi ke toilet, yang berada di luar ruangan, saya mendengar sayup-sayup suara gitar dari lantai atas….rupanya di setiap lantai, acaranya berbeda. Tak terasa waktu telah mendekati jam 8 (delapan) malam, kapal mulai mendekati dermaga. Kami mulai berbaris untuk turun dari kapal, menuju bis yang siap sedia membawa kami kembali ke hotel. Sungguh pengalaman yang menyenangkan, apalagi jika cuaca cerah.

Catatan:

Biaya pelayaran saat ini Rp.350.000,- per orang.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Trending Articles