Sepanjang masa kerja saya di BUMN, saya tinggal di rumah dinas. Bukan tanpa alasan, selain tidak khawatir dikejar “hantu kontrak” yang setiap dua tahun harus diperpanjang, serta harga makin naik, namun bagi pekerja suami istri seperti saya dan suami, tinggal di rumah dinas banyak keuntungannya. Saya bisa bekerja dengan tenang, karena tetangga yang semuanya bekerja di perusahaan yang sama sudah serasa seperti saudara. Mereka juga seumuran dengan saya, sehingga anak-anak saya punya teman bermain yang sepantaran. Hal ini membuat anak-anak tidak kesepian jika sewaktu-waktu saya harus kerja lembur atau ditugaskan keluar kota.


Dan ada enaknya juga….karena kantor yang sama, kami bisa berlangganan antar jemput dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Jika ada rapat yang melewati jam pulang, tinggal memberi tahu jemputan, kemudian saya pulang naik kendaraan umum. Nahh jemputan ini dikelola oleh pak Kino, yang merupakan pramubakti di kantor kami. Pengguna jemputan milik pak Kino, sebagian besar ibu-ibu, hanya dua orang yang bapak-bapak. Ikut jemputan membuat perjalanan ke kantor yang sering macet tidak terasa, karena kami asyik mengobrol, berbagi cerita dan bersenda gurau. Dan tentu saja, obrolan ibu-ibu, berkisar dari cerita tentang anak, sharing bagaimana membuat anak-anak kami rajin belajar. Selain itu sharing cara memasak masakan tertentu, serta hal-hal ringan lainnya.

Setelah purna tugas, saya jarang bertemu dengan teman-teman ini, karena saya harus keluar dari rumah dinas. Beberapa teman kemudian tetap bisa bertemu setiap bulan, karena ada pengajian yang diselenggarakan di rumah salah satu teman secara rutin. Namun silaturahim tetap terjalin dengan adanya facebook, kemudian ada WA Group. Pada suatu ketika ada ide, bagaimana jika kita mengadakan pertemuan, apakah di salah satu Mal atau di rumah salah satu teman.
Kebetulan ibu S bersedia menerima kami di rumahnya, dan setelah beberapa kali tertunda, pada hari Jumat tanggal 5 Juli 2024, untuk pertama kalinya setelah lebih dari dua puluh tahun kami bisa bertemu kembali.

Pertemuan yang sangat menggembiarakan, rasanya setengah hari kami tertawa terus, ingat kenangan yang lucu dan juga menegangkan. Pada saat peristiwa tahun 98, pas demo mahasiswa di jalan Jendral Sudirman, persis di depan kantor, kami hampir tidak bisa pulang ke rumah karena jalanan dipenuhi para pendemo. Kebetulan saat itu saya dipindahkan tugas ke Divisi yang baru, sehingga saat lagi tegang-tegangnya, pulangnya saya tidak bersama teman satu jemputan. Saat itu saya pulang bersama pak Agus, yang tempat tinggalnya satu kompleks. Pas pulang jalanan lengang sekali, hati rasanya berdebar-debar. Pak Agus bilang,
“Bu, berdoa ya, saya akan ngebut, semoga aman sampai rumah.”
Syukurlah kami berdua sampai rumah dengan selamat. Sejak itu saya menaruh pakaian satu stel di kantor juga persediaan camilan, khawatir terjebak di kantor tidak bisa pulang. Masa-masa tahun 98 sungguh tidak terlupakan.
Pertemuan kali ini berlangsung sampai waktu Duhur, pulangnya kami mendapat oleh-oleh makanan khas: Bakso Malang, sate depan RS Pertamina, serta camilan lain. Terima kasih bu S yang telah berkenan menerima kami di rumahnya yang asri, semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu dalam keadaan sehat.