Malam Minggu semalaman hujan, Minggu pagi masih hujan rintik-rintik yang membuat malas keluar rumah. Jadi saya menyibukkan diri mentransfer hasil foto dari kamera ke laptop. Karena masih kedinginan, akhirnya menyetel youtube mencari olah raga selama 10 menit, lumayan badan agak terasa segar. Tak terasa hari sudah jam 11.00 am…anakku komentar…”Bu, hujan udah berhenti dan ada matahari, mau nggak naik bis ke stasiun dan mencoba naik trem listrik?” Tentu saja saya mau, kami segera ganti baju dan berjalan kaki sekitar 400 m ke arah pemberhentian bis. Kalau hari libur, bis dari gikadai ke stasiun 2 (dua) jam sekali…jadi kami mesti menunggu bis yang jadualnya jam 12.06.47. Biaya bis dari Tempaku-stasiun Toyohashi 400 yen per orang.
Setelah sampai stasiun, kami makan dulu di Cafe Danmark, anakku mengambil piza vegetarian, donut green tea isi kacang merah dan salad brokoli. Saya minum teh tawar dan untuk minum air putih gratis. Saya perhatikan, setiap selesai makan, setiap orang membawa baki dan piring/gelas kotor ke tempat tertentu. Saya lupa, pas makan di Cafe Excelsior sebelumnya, rasanya orang meninggalkan bakinya di meja.
Dari stasiun, kami mencari terminal trem listrik, di Toyohashi trem listrik ini dinamakan street car, biaya naik trem 150 yen untuk orang dewasa dan 80 yen untuk anak-anak. Trem ini cocok untuk turis yang ingin melihat-lihat kota Toyohashi dari dekat. Anakku ingin mencoba sampai dimana batas akhir trem, karena biasanya dia naik trem kalau mau mengurus kartu identitas di City Hall, yang jalannya dilewati trem.
Lajur trem ini, dari stasiun Toyohashi berhenti di Shinkawa, Fudagi, Shiyakusho mae, Toyohashi koenmae, Higashi Haccho, Maehata, Azumada-sakaue, Keirinjo-mae, Akaiwa-guchi dan Undo-koenmae.
Sampai di titik akhir street car, kami ingin balik lagi, oleh pengemudi trem kami dipersilahkan turun dulu, nggak bisa tetap duduk di dalam trem walau nanti membayar lagi. Rupanya itu betul-betul titik perjalanan terakhir dari trem, karena pengemudi berpindah ke tempat pengemudi, yg tadinya berada di belakang trem … baru kemudian pintu dibuka dan penumpang dipersilahkan naik. Naik trem berbeda dengan naik bis …. Kalau bis, naiknya di pintu tengah, ambil karcis … bila sampai ke tujuan, membayar di depan pas mau turun. Naik trem kebalikannya, naik di depan, membayar dulu 150 yen … jika mendekati tujuan memencet bel, menunggu trem berhenti, turunnya melalui pintu di tengah.
Kami kembali ke stasiun Toyohashi, kemudian naik trem lagi, kami turun di Shiyakusho-mae … kemudian menyeberang jalan, sampai di depan Public Hall yang bangunannya antik.
Di depan Public Hall ada bunga yang mirip dengan bunga sakura … kami berhenti untuk berfoto dulu disitu.
Kemudian kami berjalan kaki ke arah Toyohashi Park yang ditumbuhi pepohonan lebat dan banyak burung dara di taman nya.
Di ujung Toyohashi Park ada Site of Yoshida Castle. Saya dan anakku menaiki undakan dulu, yang terletak di sebelah Yoshida Castle, untuk melihat pemandangan sungai yang ada dibelakang castle ini. Pemandangan di belakang Yoshida Castle ini sungguh indah, karena berbatasan dengan sungai Toyogawa yang berbelok melingkar, dan ditengahnya seperti ada pulau kecil.
Kami ketemu dengan sepasang suami isteri muda dengan bayi di gendongan, yang juga sedang asyik memotret. Mereka menawarkan untuk memotret saya dan anakku, tentu saja kami sambut dengan gembira.
Angin bertiup dengan kencang, kata anakku…“Ya, seperti ini bu, angin Toyohashi.” Anginnya kencang dan membawa angin dingin, jadi walau matahari bersinar cerah, saya tetap merasa kedinginan …kelihatan sekali bedanya dengan orang Jepang yang asli, mereka cukup memakai baju hangat yang tipis. Sedangkan saya memakai baju tebal, lengkap dengan syal yang tebal di leher. Kami masuk di Yoshida castle, ternyata masuknya tanpa membayar. Saya perhatikan setiap kita datang ke suatu tempat wisata, kita bisa memberikan stempel di tempat yang kita datangi pada kertas untuk kenang-kenangan.
Dari Yoshida castle, petugasnya menyarankan agar kami naik ke lantai 13 City Hall (Balai Kota), agar bisa melihat kota Toyohashi dari atas. Yang menarik, di setiap jendela ada gambar dan petunjuk, juga ada denah. Di City Hall ini kita juga bisa melihat perkembangan kota Toyohashi sejak dulu sampai sekarang. Saya dan anakku gantian foto se-olah-olah menyopiri trem listrik … kota Toyohashi dari atas sungguh indah, laut, sungai, perumahan, dibatasi dengan bukit.
Di halaman City Hall banyak burung dara, kami berfoto bergantian. Dari City Hall, kami kembali naik trem menuju stasiun Toyohashi … dari sini naik kereta arah ke Tahara…melewati Universitas Aichi di sebelah kiri, kemudian melewati taman yang luas sekali.
Kereta dari Toyohashi ke arah Tahara (kami berhenti di Takashi) ini sangat khas, yaitu di depannya ada gambar bunga sakura. Karena terburu – buru memotret, tas tempat kamera terjatuh. Selanjutnya kami mampir ke Aeon (supermarket besar) untuk membeli buah, serta tas kamera … setelah capek berkeliling di Aeon, kami mampir makan di Food Court lantai 3 (tiga). Suasananya sama dengan di Indonesia, hanya dimana-mana tulisan dalam bahasa dan huruf Jepang. Teman anakku memesan Takoyaki, yaitu belut yang digoreng tepung … sayang karena sudah lelah dan lapar, saya lupa memotret.
