Hari Jumat pagi, saya ngecek persiapan terakhir akan berangkat ke Osaka. Saya mengambil penerbangan yg dilayani Garuda, Jakarta-Osaka connecting flight melalui Denpasar. Tak ada perasaan apa-apa, saya diantar suami menuju bandara Soekarno Hatta jam 14.30 wib, walau flight nya jam 20.00 wib, karena takut macet. Saat jam 19.40 wib yang seharusnya pesawat boarding, nggak dipanggil-panggil, dalam hati mulai merasa tak enak…tapi masih tenang karena merupakan connecting flight. Penumpang dipanggil untuk naik pesawat jam 20.00 wib…tapi pesawat tak kunjung berangkat. Diumumkan bahwa AC nya rusak, diharapkan dapat diperbaiki sekitar 15 menit….ternyata baru berangkat hampir 2 jam kemudian. Saya masih tenang karena pramugari mengatakan, pasti ditunggu di Bali.
Sampai Bali (bandara Ngurah Rai lagi direnovasi) saya lari-lari menuju bagian internasional …. ternyata pesawat ke Osaka sudah berangkat, karena nggak boleh telat tiba di Osaka. Akibatnya ada 3 (tiga) orang Indonesia, yang sama-sama baru pertama kali ke Jepang dan 2 (dua) warganegara Jepang yang ketinggalan pesawat. Kami berlima kemudian dititipkan pesawat Garuda yang menuju ke Tokyo (bandara Narita). Padahal anakku sejak Jumat siang sudah naik kereta api menuju Osaka, dan menunggu di Osaka, karena jarak Toyohashi-Osaka lumayan jauh.
Waduhh jantungen deh…nelpon ke anak untuk mengabari masalah yang terjadi … Crew Garuda di bandara Ngurah Rai berjanji kami tetap akan diterbangkan atau naik kereta Shinkansen sampai dengan Osaka. Ternyata di Narita kami berlima diberi uang 20.000 yen dan mereka tak bisa membantu lebih lanjut … panik, tentu saja … untung ada Toyama San, yg ikut ketinggalan pesawat, dan mau membantu kami bertiga yaitu pak SH yang akan seminar di Hemeji, pak TS dari HAKI yang akan seminar di Kyoto … jadi uang tadi dengan dibantu Toyama San untuk membeli tiket eksekutif (lha kopernya segeda gaban) Narita Express jurusan Tokyo Station. Di Tokyo station kami berpisah, tapi Toyama San memastikan saya masuk kereta yang benar, sebelumnya dia menelpon anakku agar menjemput di Station Nagoya … kemudian saya naik Nozomi Shinkansen sendirian.
Nozomi Shinkansen berangkat jam 12.20 waktu Tokyo, syukurlah disamping kiri saya ada keluarga muda Jepang dengan dua anaknya yang masih kecil, pintar berbahasa Inggris…..dia bersedia menolong untuk memberi tahu jika Shinkansen akan mendekati Nagoya station. Kami mengobrol…dari Tokyo, kereta Nozomi yang saya tumpangi berhenti di Shinagawa station, Yokohama station, baru Nagoya …. kebetulan tempat dudukku disebelah kanan …. saya beruntung dapat melihat gunung Fuji di sebelah kanan … terlihat tinggi menjulang, indah, anggun dan elegan.
Saat ada pengumuman … syukurlah di Shinkansen, pengumuman dalam bahasa Jepang dan Inggris, bahwa kurang 10 menit lagi sampai Nagoya, keluarga muda tadi menepuk tanganku untuk mengingatkan. Shinkansen sampai Nagoya station tepat pukul 14.01 waktu setempat …. Begitu keluar dari gerbong kereta, ketemu anakku … langsung saya peluk erat-erat….rasa terharu, lega dan senang sekali bercampur menjadi satu.
Sungguh saya bersyukur, Allah menolong hamba Nya melalui orang lain. Kami (saya dan anakku) kemudian membeli tiket Meitetsu jurusan Nagoya-Toyohashi. Anakku sengaja membeli tiket yang bisa duduk di gerbong paling depan, serta agak sepi penumpang, mengingat koper besar yang saya bawa. Pemandangan langsung ke depan, karena rupanya masinis ada di bawah gerbong yg kami tumpangi.
Sampai di Toyohashi sekitar jam 5 pm, saya yang terakhir kali makan pagi di pesawat merasa lapar, jadi langsung menuju restoran khas Jepang …. kami memesan tempura … sungguh terasa sedaap. Toyohashi terkenal dengan anginnya yang kencang …. udara terasa dingin sekali, ternyata suhu saat itu 9 derajat celsius. Kami memutari kota sambil melihat-lihat, pemandangan kota Toyohashi didominansi ladang, green house, beberapa perumahan yg bentuknya sama. Kami melewati kampus Toyohashi University of Technology (TUT) dengan gedung kotak-kotak bertingkat yang sepi sekali … berbeda dengan kampus ITB yang selalu ramai.
Malamnya tidur nyenyak sekali setelah melalui hari yang melelahkan dan penuh kekawatiran…tak lupa saya berdoa dan bersyukur pada Allah swt yang telah melindungi saya dalam perjalanan menengok si bungsu. Belakangan saya tahu, ternyata ada gempa di pagi hari (sekitar jam 5 pagi) di Osaka …. jadi ini mungkin cara Tuhan untuk melindungiku, betapapun semua pasti ada hikmahnya.
