Quantcast
Channel:
Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Dedek Bayi nggak sabar pengin lihat dunia

$
0
0

Dua minggu sebelum berangkat, saya mendapat email dari Garuda, bahwa penerbangan dari Jakarta ke Chubu Int’l Airport dialihkan ke Osaka karena masalah teknis. Panik dong, sudah mempersiapkan mempelajari peta serta kiriman email dari si bungsu, naik kereta apa saja, bagaimana caranya kok diubah. Bahkan Hiro sengaja mengambil foto-foto di stasiun Toyohashi, yang kemudian dikirim melalui email berserta penjelasannya,  untuk memandu saya agar tidak ke sasar.

Saya menelpon Garuda, menanyakan apa masalahnya, si mbak yang terima telepon cuma mengatakan ada masalah teknis. Saya tanya, apa penerbangan Garuda ke bandara Nagoya (ini lebih di kenal, walau letaknya di Chubu) di tutup? Maklum saat awal anakku tinggal di Jepang tahun 2009, ada penerbangan langsung Garuda ke Nagoya, kemudian ditutup, sehingga anakku kalau ke Jakarta melalui Osaka atau bandara Narita di Tokyo. Si mbak menjawab, bahwa penerbangan ke Nagoya tetap ada, namun pas tanggal keberangkatan saya tidak ada karena masalah teknis. Akhirnya kami sepakat untuk mengganti tanggal keberangkatan, dari tanggal 7 September 2019 menjadi tanggal 6 September 2019. Pas saya tanya bagaimana dengan asuransi perjalanan kerjasama Garuda dengan perusahaan asuransi yang saya beli? Si mbak menyarankan agar saya menghubungi counter Garuda terdekat agar dapat  dibantu pengurusan nya.

Ini pertama kalinya saya ke Jepang sendirian tanpa dijemput di bandara, biasanya ada anakku yang menjemput di bandara sehingga saya nggak kawatir. Beli tiket penerbangan langsung ini juga karena kapok, dua penerbangan sebelumnya ada masalah sehingga pas penerbangan pertama tujuan dialihkan ke bandara Narita, padahal tujuan nya Osaka. Anakku yang sudah naik shinkansen dan tidur di Osaka, besok paginya terpaksa kembali ke arah Nagoya, dan menunggu saya di stasiun Nagoya, karena saya naik shinkansen dari Tokyo ke Nagoya. Penerbangan kedua naik Cathay Pacific, kok ya di Jakarta pesawat delay, jadual transit yang cukup lama (4 jam), menjadi hanya 20 menit dan saya harus berlarian menuju gate di bandara Hongkong untuk tujuan Nagoya. Jadi wajar kalau saya pengin penerbangan langsung, dan kalau naik Garuda rasanya tetap berada di rumah sendiri serta banyak teman yang serasa kenal.

Semua persiapan rasanya sudah matang, sambil menunggu keberangkatan saya tetap bekerja seperti biasa. Pada Minggu malam, tanggal 1 September, pas sedang bersantai di kamar, Tiah (si mbak yang telah momong Ani sejak kecil) mengetuk pintu kamar ngasih tahu apa ibu sudah baca WA dari Ani, karena Ani ketubannya sudah pecah. Saya segera buka HP dan ternyata anakku memang mengirim WA kalau pecah ketuban dan sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit Kota Toyohashi. Memang umur bayi sudah sembilan bulan, namun maju dari perkiraan semula. Jika ketuban pecah duluan, dokter akan menunggu sampai 24 jam, menunggu pembukaan sampai penuh dan tetap diusahakan lahir normal.

Besoknya saya bekerja seperti biasa, setiap sehabis sholat saya berdoa untuk Ani agar persalinan nya lancar. Sampai pulang kantor dan tiba di rumah menjelang Magrib belum mendapat perkembangan kabar dari Ani maupun Hiro. Sekitar jam 8 malam, Hiro kirim whatsapp, bahwa ada kemungkinan operasi caesar, dan Ani sedang dipersiapkan di ruang operasi. Saya berdoa memohon Tuhan, karena Ani hanya ditunggu oleh Hiro…syukurlah dua jam kemudian Hiro kirim wa kalau bayi laki-laki telah lahir dengan selamat, dan ibunya juga selamat. Wajah dedek bayi benar-benar mirip papanya, yang orang Jepang, walau biasanya wajah bayi masih  berubah-ubah.

Saya wa an dengan Imelda, yang tinggal Tokyo, Imel ngasih tahu kalau bayi lahir caesar minimal harus lima hari tinggal di Rumah Sakit. Besoknya Ani kirim wa bahwa ada kemungkinan dia baru keluar dari Rumah Sakit hari Minggu. Mungkin Ani kepikiran karena saya berangkat dari Jakarta hari Jumat malam dan sampai Toyohashi hari Sabtu. Saya bilang nggak usah mikirin ibu, karena ibu akan pesan hotel saja dan tidur semalam di hotel.

Toyohashi Green Hotel

Saat itu saya dibantu Dwita (menantuku), pesan hotel secara on line, cari yang lokasinya dekat stasiun Toyohashi, sehingga saya nggak terlalu jauh jalan kakinya. Setelah mencoba mencari hotel lewat internet, saya pesan Toyohashi Green Hotel untuk satu malam, check in jam 4 pm hari Sabtu tanggal 7 September 2019 dan check out hari Minggu tanggal 8 September 2019 jam 10 pagi. Saya juga sekalian pesan untuk breakfast di hotel, walau lokasi hotel dekat dengan McD dan Seven Eleven. Saya berjaga-jaga kalau terlalu capek sehingga malas cari makan  keluar hotel.

Saya memberi tahu Ani kalau sudah pesan hotel, supaya dia tenang. Dan Ani memberi tahu bahwa Hiro melihat internet, ada kemungkinan taifun hari Minggu tanggal 8 september 2019 siang hari. Ini yang nantinya disebut taifun Faxai. Entah kenapa saya kok tenang, karena mikirnya  saat itu sudah sampai di Toyohashi, kalaupun diperlukan bisa nambah lagi semalam tidur di hotel. Rasanya sudah ingin segera terbang ke Jepang melihat dedek bayi.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Trending Articles