
Sejak anak-anak saya kecil, saya dan suami selalu mencoba mengajarkan bahwa membaca itu menyenangkan. Jadi saat anak besar mereka tetap suka membaca buku. Kondisi lingkungan saat ini membuat saya kawatir, bagaimana agar cucu saya juga suka membaca dibanding menonton TV ataupun main gadget. Boleh menonton TV tapi tidak terus menerus.
Sebetulnya, “anak adalah peniru ulung, namun pendengar yang buruk”, kata seorang psikolog. Dia akan selalu meniru tingkah laku orang di sekitar nya. Jadi, kami membuat situasi rumah penuh dengan berbagai jenis buku, dan kegiatan kami kalau sedang ada waktu adalah membaca. Jadi akhirnya si kecil suka didongengi, kemudian saat sudah bisa membaca, mulai suka membaca. Jika menonton film di TV diusahakan ada orangtua didekatnya yang ikut menceritakan apa yang ada di TV, sehingga si kecil tidak mendapatkan penafsiran yang keliru.

Setelah si kecil sekarang umur 7 (tujuh) tahun, saya mulai suka mengajak jalan-jalan ke Mal, dan tentu saja tujuan utama adalah toko buku. Di sini si kecil asyik memilih dan membaca buku, sayapun tenggelam dalam memilih buku-buku lain nya.
Si kecil boleh memilih buku yang disukai nya untuk dibeli, tentu saja setelah dicek bahwa buku itu sesuai dengan umurnya.

Biasanya keluar dari toko buku, kami menuju ke tempat makan, akhir-akhir ini si kecil suka sekali makan di Yoshinoya. Setelah saya ikut mencoba, saya sependapat, memang restoran ini menyediakan makanan yang harganya relatif terjangkau serta rasanya enak.
Kadang si kecil ingin apple pie, kalau makanan ini kami berdua mampir di St Marc Cafe di PIM 2. Jika dulu saya suka jalan-jalan bersama kedua anakku, setelah anak-anak sudah menikah, senang sekali bisa menikmati jalan-jalan dengan cucu. Mungkin karena merasa dibutuhkan itu ya yang membuat kita bahagia?