
Cibubur adalah daerah di selatan Jakarta menuju Bogor, yang masih banyak pohon hijau nya. Cibubur yang ada di bayangan kita adalah tempat lokasi kegiatan pramuka. Di Cibubur ada Cibubur Junction, nama Mal yang persis di jalan dekat Tol keluar dari Cibubur. Namun Cibubur bagi komunitas kami adalah tempat anaknya Lilik Raditya, yang setiap tiga bulan sekali menjadi domisili Lilik jika berada di Jakarta.
Minggu ini kami kumpul di Cibubur, selain silaturahim bersama sahabat lama, juga membahas kemajuan buku alumni SMA 1 Madiun tahun 1969 (selanjutnya disebut Smasa), yang diharapkan bisa launching pada saat reuni emas alumni Smasa 69 di Madiun.

Senang akhirnya perkembangan buku telah mencapai 50 persen, yang sulit adalah mengumpulkan foto dari teman-teman yang tersebar di seluruh Indonesia. Apalagi mengumpulkan foto dari teman yang sudah mendahului kami semua. Komunitas Smasa 69 (sudah eyang-eyang semua), selain silaturahim dengan teman-teman lama, juga silaturahim dengan bapak ibu guru yang dahulu mengajar kita, dan ikut andil membuat kami menjadi seperti sekarang ini.

Acara kumpul-kumpul selalu seru, masing-masing membawa pot luck, dan ternyata yang ditunggu-tunggu adalah jadah. Makanan jadul yang mulai susah dicari di Jakarta. Jadi, begitu Murni datang, jadahnya langsung diserbu, jadah diberi bubuk kedelai …hmm sedap.
Saya suka kue pukis buatan besan nya Lilik yang kebetulan datang dari Malang, juga risoles buatan Wati. Makanan lain adalah botok sembukan dan tak lupa pecel pincuk….sayang sambal pecelnya pedas untuk ukuran saya.

Jeng Nur membuat soto Madura yang juga langsung diserbu, perubahan cuaca membuat badan kurang fit, jadi ingin makan yang panas-panas. Ternyata teman-teman saya pinter masak, saya membawa salad buah… itupun beli di fresh mart Citos.

Karena yang hadir lumayan banyak, maka kami duduk lesehan, kecuali yang kakinya sulit untuk duduk di bawah. Walau begitu kami semua senang, tawa canda terus menerus berlangsung, maklum kami juga jarang ketemu walau sebetulnya jarak rumah tak terlalu jauh.
Kesempatan ini sekaligus dimanfaatkan untuk mengambil foto teman-teman yang belum menyetor foto, sehingga satu persatu difoto, yang nantinya menjadi bahan untuk mengisi buku kenangan.
Buku Kenangan yang baru limapuluh persen selesai ditayangkan di TV sehingga bisa dinikmati oleh semua yang hadir, sehingga teman-teman bisa membayangkan bagaimana hasil akhirnya nanti. Dan para bapak yang biasanya males berfoto juga makin semangat setelah lihat hasilnya. Beberapa bertanya, apakah masih ada kesempatan mengganti foto? Saya jawab bisa, silahkan pilih foto paling cantik dan ganteng.
Melihat foto jadul teman-teman memang mengingatkan kita pada masa lalu, saat wajah kita masih culun, mungkin karena belum banyak dosa ya.

Selesai makan siang, ada operasi plastik, yaitu ibu-ibu membungkus makanan untuk dibawa pulang. Dan ada kejadian yang lucu, Rochi kehilangan bungkusannya, setelah sebagian teman sudah pamitan.
Dicari kemana-mana nggak ketemu, karena plastiknya sama-sama berwarna merah. Padahal plastik Rochie ada tambahan beras merah yang khusus dibawakan Enny Tulus untuk diberikan pada Rochi.
Akhirnya Rochi pulang tanpa membawa jinjingan….dan pada sekitar jam 8 malam, ada pesan masuk dari Bambang Bagyo, bahwa dia keliru membawa tas plastik merah, yang antara lain isinya beras merah dan soto Madura, padahal soto Madura bikinan nyonya Bambang Bagyo, jadi Bambang takut timbilen.

Dan pagi ini ada kacamata hitam bersama tempatnya yang baru diketemukan oleh anaknya Lilik. Rupanya kacamata Wati, yang mau bergaya foto pakai kacamata hitam. Dan kemarin sepanjang sesi berfoto ria, Wati tak sekalipun pakai kacamata hitam.
Itulah jika ketemuan dengan para eyang, kami semua mengingat Faktor “U” ini dengan ketawa, dan menyadari memang kita semakin tambah usia. Dan selagi masih sehat, pertemuan bersama teman sebaya, merupakan hiburan agar kita selalu gembira dan sehat.