Stasiun Lampegan adalah stasiun kereta api, terletak di desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Cianjur. Stasiun ini dibangun pada tahun 1882 sebagai stasiun penjaga terowongan Lampegan yang berada di dekat nya.
Stasiun Lampegan awalnya digunakan untuk mengangkut hasil bumi di tanah Jawa hingga ditutup tahun 2001, karena longsor besar yang menutup mulut terowongan.
Runtuhnya sebagian terowongan telah memotong panjang terowongan yang membelah bukit Gunung Kencana sepanjang +/- 600 meter hingga hanya tersisa +/- 400 meter saat ini. Renovasi stasiun dan terowongan (yang sempat terjadi longsor saat diperbaiki), akhirnya diselesaikan dan berfungsi kembali pada tahun 2010.
Stasiun Lampegan hanya berjarak sekitar 8 km dari Situs Megalitikum Gunung Padang, suatu cagar budaya nasional.
Awalnya rombongan kami berniat naik kereta api sampai stasiun Lampegan, untuk menuju Situs Megalitikum Gunung Padang. Namun ternyata jarak kedatangan kereta api Pangrango dari stasiun Pledang menuju Sukabumi, dengan keberangkatan kereta api dari Sukabumi-Cianjur yang melewati stasiun Lampegan, hanya berjarak 11 menit. Itupun beli karcisnya mesti di stasiun Sukabumi. Akhirnya diputuskan rombongan kami dari stasiun Pledang turun di stasiun Cisaat (satu stasiun sebelum stasiun Sukabumi), kemudian perjalanan dilanjutkan dengan naik Elf menuju Stasiun Lampegan.
Dari stasiun Cisaat ke stasiun Lampegan memerlukan waktu +/- dua jam perjalanan, namun pemandangan di kiri kanan jalan sungguh tak ternilai indahnya. Dan begitu mencapai stasiun Lampegan…. wooo….serasa kembali ke masa puluhan tahun lalu. Saya jadi terkenang kalau naik kereta api ke rumah nenek, dan turun di stasiun kecil sebelum kota Ponorogo, yang bentuk stasiun nya mirip stasiun Lampegan ini.
Stasiun Lampegan terlihat sepi, karena hanya dilalui rute Sukabumi Cianjur dan hanya beberapa kali sehari. Pintu stasiun masih memakai teralis yang bisa ditarik ke kiri ke kanan. Tak ada satupun terlihat di stasiun. Kami langsung berfoto di depan stasiun. Berbagai pose diambil oleh teman-teman….
Sejarah penamaan stasiun ini menjadi Lampegan sangat erat dengan keberadaan terowongan. Beragam versi tentang nama Lampegan, semuanya berkaitan dengan “lampu” di saat pembangunan terowongan. Mitos yang menyelimuti jalur kereta Lampegan dan terowongan yang dibangun zaman kolonial ini, antara lain pada saat penyelesaian terowongan. Diadakan acara peresmian yang meriah, hiburan yang menyertai adalah tarian ronggeng, yang ditarikan oleh Nyi Saeda, yang berparas cantik dengan tarian yang memukau. Banyak yang terkesima, tak terkecuali orang Belanda.
Usai mementaskan tarian, Nyi Saeda bersiap kembali pulang melintasi terowongan Lampegan, namun setelah masuk terowongan, Nyi Saeda hilang begitu saja. Misteri ini dikaitkan dengan, bahwa penunggu terowongan Lampegan menyukai penampilan Nyi Saeda, kemudian menculik dan memperistrinya.
Dari stasiun Lampegan terlihat terowongan Lampegan…..cerita tentang terowongan Lampegan di tulisan berikutnya.
Sumber: EcoAdventurescape with Tinoek.
