Quantcast
Channel:
Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Jalan-jalan sehari bersama cucu

$
0
0

Akhir pekan yang lalu bundanya Ara menengok ayah ibu nya di Malang, dan karena kesibukan yang padat, babeh dan Ara tetap di Jakarta. Akhir pekan itu keponakanku menikah di anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah. Saya sengaja mengajak Ara untuk menghadiri acara pernikahan tersebut, sekaligus mengenalkannya pada saudaranya yang lain. Sejak sehari sebelumnya, kami telah cerita bahwa akan mengajak Ara ikut ke TMII, dan menanyakannya apakah Ara mau ikut? Menghadapi cucuku ini harus hati-hati, dia tak akan mau diajak jika tidak sesuai dengan keinginan nya, jadi segala sesuatu harus dijelaskan dulu, dan dikondisikan sebelumnya. Jadi pas hari Sabtu pagi, Ara sudah semangat, mau makan pagi, dan sesudahnya mandi, berganti baju, karena mau ikut Yangti dan babeh ke TMII.

Pakaian adat Jawa imur?

Pakaian adat Jawa Timur?

Jalan di hari Sabtu pagi masih lancar, karena kami berangkat jam 9.30 wib, tol dari arah Pondok Indah ke TMII juga lancar, sehingga saat sampai anjungan Jawa Timur masih jarang tamu yang datang. Saya sendiri jarang ke TMII setelah anak-anakku besar, kecuali ada kondangan atau acara tertentu yang memang wajib hadir. Ara kelihatan nya masih agak ngantuk, memang biasanya dia tidur selama di perjalanan. Saya mengajaknya jalan-jalan di sekitar anjungan Jawa Timur, melihat rumah adat Pacitan, kenapa ya kok rumah adat Pacitan yang ditampilkan, apa memang ada yang khas?

Peraduan di rumah adat Pacitan

Peraduan di rumah adat Pacitan

Kami memasuki ruang di rumah adat Pacitan, melihat sentong (kamar yang ada di dalam rumah adat Jawa), melihat peraduannya, dan pintu kamar hanya ditutup kelambu warna biru. Saya teringat rumah orangtua saat masih mengontrak, rumah yang dikontrak berupa rumah Jawa yang masih ada sentong nya.

Setelah ayah ibu mampu membangun rumah, maka sentong tersebut menjadi kamar-kamar yang masing-masing punya jendela luas…. yang sebetulnya merupakan rumah impian alm ibu …. ingin rumah yang dipenuhi jendela kaca sehingga di dalam rumah terang dan tanpa menyalakan lampu di siang hari.

Di depan wayang kulit

Di depan wayang kulit

Bosan ah, Ara mau main dulu

Bosan ah, Ara mau main dulu

Terdapat seperangkat gamelan, juga wayang …. kelihatannya Ara tertarik dengan wayang-wayang ini, sulit sekali mengalihkannya dari jejeran wayang, untuk diambil foto nya. Perhatian Ara juga pada pakaian khas Jawa Timur, dan walau saya asli Jawa Timur, baru memperhatikan, ternyata pakaian adat wanita nya bercelana pendek … yang seperti siap berperang jika terjadi sesuatu.

Kemudian saya mengajak Ara, jalan-jalan di taman sekitar anjungan Jawa Timur, sambil menunggu pengantin datang. Ara sibuk bermain di dekat tanaman yang merupakan hiasan menuju panggung. Selesai pengantin duduk, ada tarian “Gatotkoco Gandrung” … dan ternyata Ara menikmati tarian ini, matanya tak berkedip saat melihatnya.

Setelah bersalaman dengan pengantin, Ara diajak babehnya mendekati kipas angin, dia senang sekali saat ada air dingin menyemprot wajahnya, jadi kemungkinan tadi, gelisah karena kepanasan, karena acaranya di tempat terbuka. Saya mencoba mencari makanan yang sesuai dengan Ara, tidak pedas dan cukup lunak.

Es cream udah mau habis, gigit aja sendoknya

Es cream udah mau habis, gigit aja sendoknya

Syukurlah Ara tidak rewel dalam hal makanan, dia bisa menikmati makanan apa saja asal hatinya lagi senang. Dan Ara betul-betul mengikuti sifat tante nya, yang suka menggigit sendok atau sedotan …. ini fotonya saat Ara berusaha menghabiskan es cream nya sampai tetes terakhir dan menggigit sendoknya. Setelah selesai makan, kami bersalaman dengan pengantin, dan foto bersama keluarga, acara selanjutnya adalah menengok saudara yang sedang sakit.

Ternyata jalanan Jakarta di hari Sabtu siang mulai macet, akhirnya kami memutuskan keluar dari tol di Cawang dan melanjutkan perjalanan ke arah Salemba Tengah melalui jalan biasa, yang ternyata lebih lancar. Rumah saudara terlihat sepi, rupanya saudara sepupu suami sedang kontrol ke RS Sint Carolus, syukurlah pembantu yang baru seminggu mau membuka pagar rumah dan membiarkan kami masuk, mungkin karena saya membawa anak usia di bawah tiga tahun, sehingga tak mungkin berniat tidak baik. Saya mencoba menelpon saudara sepupuku, kemudian berjanji untuk menunggunya, sayang kalau sudah jauh-jauh tak ketemu. Saya ikut sholat Duhur dulu, kemudian menunggu sambil bermain dengan Ara. Tak lama saudara sepupu suami yang sakit datang, dia nampak cukup sehat walau harus berjalan dibantu dengan tongkat, karena masih merasa lemas.

Kami mengobrol ngalor ngidul, namun tak berani terlalu lama, apalagi saudara sepupu baru pulang dari rumah sakit. Kami pamit pulang sambil berdoa semoga pengobatan yang dijalaninya berhasil. Kami menelusuri jalan Salemba Tengah, kemudian berbelok ke kiri ke arah jalan Salemba, belok ke kanan ke arah Proklamasi-Jalan Diponegoro dan menuju Jakarta Selatan. Syukurlah jalan tidak terlalu padat, mendung terlihat menggumpal di langit, kami berharap semoga hujan turun malam ini. Perjalanan seharian ini cukup membuat Ara capek, sehingga setelah makan malam, dia langsung masuk ke kamarnya dan tak lama kemudian sudah tak terdengar suaranya.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Trending Articles