Quantcast
Channel:
Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Mencoba naik bis sendirian di Toyohashi

$
0
0

Dari BBm an dengan Imelda, saya disarankan untuk mencoba naik bis. Awalnya kawatir, maklum nyaris semua petunjuk dalam bahasa dan huruf Jepang. Pagi ini saya bangun pagi dan keluar bersama-sama si bungsu. Tak ada  tujuan yang pasti, hanya sekedar jalan kaki, sayang hawa segar dan cuaca cerah ini jika hanya dihabiskan di kamar.  Di jalan ketemu beberapa rombongan anak Sekolah Dasar yang berangkat sekolah. Betapa senangnya melihat anak-anak berjalan kaki menuju sekolah, hal yang jarang ditemui di Jakarta saat ini.

Anak SD berangkat sekolah

Anak SD berangkat sekolah

Setelah sampai perempatan ke arah TUT, si bungsu mengajak mampir ke Mini Shop, sekaligus saya membeli roti, minuman dan onigiri. Sepertinya selama di Jepang, sarapan pagiku berupa onigiri.  Kebetulan Mini Shop yang berada di sisi perempatan ke arah TUT menyediakan bangku untuk duduk-duduk dan ada toilet, jadi saya mengobrol sama si bungsu sambil makan onigiri.

Dari sini, kami menuju ke arah TUT, kebetulan melewati pemberhentian bis. Iseng saya dan si bungsu membaca jadual bis yang dari Gikadai ke arah Toyohashi station. Entah kenapa, saya berani mencoba, apalagi saat itu masih jam 8.30 am, jadi si bungsu masih ada waktu menemani di shelter bis.

Bis rute Gikadai-stasiun Toyohashi

Bis rute Gikadai-stasiun Toyohashi

Tak lama bis yang dari Toyohashi station datang, penumpangnya turun. Si bungsu membuat peta sederhana, agar di station nanti saya menunggu dijalur nomor 2 (dua), dan kalau bingung jangan sungkan untuk tanya pada orang. Si bungsu mengajarkan bahwa begitu naik bis dari pintu tengah, kita mengambil tiket, kemudian memilih tempat duduk. Jika bingung bayarnya menunggu semua penumpang turun sehingga tak sungkan tanya-tanya ke sopir karena tak mengganggu orang lain.

Dari monitor di dalam bis terlihat perubahan biaya yang harus dibayar, setiap mau berhenti di pemberhentian pak sopir memberitahu penumpang, di monitor ada tulisan dalam bahasa Jepang, dan bahasa Inggris, yang memudahkan bagi saya. Biaya dari Gikadai ke stasiun Toyohashi sebesar 430 yen.

Hotel  Assoca Toyohashi, yang menjadi satu dengan stasiun

Hotel Assoca Toyohashi, yang menjadi satu dengan stasiun

Di stasiun saya naik eskalator ke lantai atas, angin bertiup kencang, saya merapatkan baju hangat, walau saat itu matahari bersinar cerah. Saya mencoba jalan-jalan di pertokoan di depan stasiun tapi nggak kuat anginnya dan masih pagi, yang buka baru cafe.  Akhirnya saya kembai ke stasiun, kemudian masuk ke pertokoan yang menjadi satu dengan stasiun dan berdampingan dengan hotel Associa Toyohashi.

Saya ingin pergi ke toilet, menelusuri gambar ke arah toilet nggak ketemu-ketemu, setiap kali tanya pada orang, terjadi miskomunikasi karena menggunakan bahasa tarzan ….. akhirnya saya dengan santai masuk ke lobby hotel Associa Toyohashi, langsung tanya pada customer service apakah saya boleh menggunakan toilet? Ternyata si mbak menjawab dengan ramah dan mempersilahkan saya menggunakan toilet di hotel. Saya bertanya dimanakan letak money changer, si mbak mengambar di peta sambil nyerocos, dan tak satupun saya mengerti. Akhirnya saya menuju toilet, keluar di lobby ada petugas pria dan wanita yang berada dekat ATM. Saya bertanya apakah ATM nya bisa dipakai? Ternyata disitu ada mesin penukar uang, dan karena tulisan dalam bahasa Jepang, lagi-lagi saya minta tolong bagaimana cara menukar uang dari dolar menjadi yen. Pria tadi mempelajari dulu, saya memberikan uang USD 500 … dan setelah ditukar menjadi 4.662 yen…. si mas tanya, apakah saya oke dengan kurs tersebut? Saya menjawab oke, dan si mas memencet tanda enter …. dan keluar uang yen. Si mas tersenyum, saya mengucapkan “arigatou” (terimakasih)…ehh si mas mengaku, ternyata dia baru pertama kalinya itu mencoba menukar uang melalui mesin tersebut.

Minum dulu di Excelsior Cafe

Minum dulu di Excelsior Cafe

Stasiun Toyohashi lumayan besar, diatasnya ada Mal seperti dBest,  yang menjual baju, sepatu dan kue-kue.  Saya memutari pertokoan tersebut, tapi pesanan temanku, berupa magnit kulkas tak ketemu juga. Lelah berjalan-jalan saya mampir ke Excelsior Cafe, memesan muffin dan hot chocolate, sambil meluruskan kaki. Hari makin siang, walau angin kencang, tak sedingin tadi pagi, saya mengelilingi taman di lantai 1 (satu) stasiun Toyohashi yang ada jembatan penyeberangan ke pertokoan di depan nya. Banyak burung dara di taman ini, saya melihat jalanan di bawah, rupanya ada trem listrik di kota Toyohashi ini.  Saya melihat trem listrik melalui rute di depan stasiun Toyohashi, rasanya sudah lama tak melihat trem listrik, sejak saya usia SD dan diajak ayah ke Surabaya.

Masih ada trem listrik di kota Toyohashi

Masih ada trem listrik di kota Toyohashi

Burung dara di pelataran stasiun lantai 1 Toyohashi

Burung dara di pelataran stasiun lantai 1 Toyohashi

Saya memperhatikan gedung-gedung tinggi di sekitar stasiun Toyohashi, kota Toyohashi ini  mirip Brisbane, banyak gedung tinggi tapi sepi.

Jalan di depan stasiun Toyohashi

Jalan di depan stasiun Toyohashi

Saya kembali ke pertokoan, setelah saya pikir-pikir saya harus memutuskan untuk memberi souvenir pada teman, tidak harus magnit, daripada nanti tak ada waktu lagi untuk jalan-jalan. Setiap kali menanyakan sesuatu, kembali saya menggunakan bahasa tarzan, dan syukurlah saya bisa menggunakan kartu kredit di sini, kecuali kalau beli  sesuatu di toko kecil.

Hari makin siang, sudah waktunya pulang, saya bingung mencari rute bis. Ada pria yang masih muda memakai jas sedang menuruni tangga, saya bertanya apakah dia bisa membantu saya menemukan rute bis, tak disangka pria tadi mengajak saya naik tangga lagi, mengajari saya membaca rute bis (tetap bingung karena pakai huruf Jepang), kemudian mengantar saya ke line nomor 2 (dua) tempat bis yang jurusan Gikadai akan datang. Kebetuan sudah ada bis lain, saya bertanya pada pak sopir, katanya sebentar lagi setelah bis yang dia kemudikan, akan datang bis jurusan gikadai. Hebatnya bis-bis dan kereta yang saya naiki selalu tepat waktu.

Saya naik bis, sambil memandang kiri kanan, menikmati perjalanan, sambil memperhatikan monitor di bis. Dari stasiun Toyohashi, bis melalui  Ekimae Odori, Yagyubashi, Yamada, Minamiyamada, Nishinohara, Kitayama, Mizunashinagawa, Minamishobusho, Sokuten, Hamamichi, dan Mototenpaku. Pikiran saya terpecah, antara memperhatikan monitor dan jalan. Begitu melalui Mototenpaku, saya jadi ingat apato anakku di daerah Tenpaku-cho…saya memandang ke kanan, ada  supermarket yang bentuknya mirip seven eleven. Saya membunyikan bel, dan tak lama kemudian bis berhenti … rupanya masih jauh. Waduhh … terpaksa deh jalan kaki, jadi saya jalan kaki lebih dari 2 (dua) km ke apato anakku. Walau panas, syukurlah angin bertiup dan sejuk, sehingga saya tak terlalu merasa panas …. betapa leganya setelah dari jauh melihat apato si bungsu.

Kalau di hitung-hitung, mungkin ada 10 km perjalanan ku hari ini. Pelajarannya, perhatikan tanda-tanda, jalan, sehingga sebetulnya asal kita hati-hati, maka naik bis tak mengkawatirkan, apalagi orang-orang yang saya temui di Toyohashi selalu berusaha membantu, walaupun pakai bahasa tarzan.

Imelda memberi komentar di FB, bagaimana kalau saya naik kereta dari Toyohashi ke Nagoya, terus ke Tokyo…. nanti di jemput di Tokyo station. Tawaran yang menggiurkan, namun saya tak ingin si bungsu kawatir, apalagi dia tak bisa menemani saya jalan-jalan karena sibuk di lab.



Viewing all articles
Browse latest Browse all 391

Trending Articles