Saya dan teman mendapat tawaran mengajar di Pekanbaru, kesempatan ini tak di sia-sia kan untuk mengunjungi daerah wisata di sekitar Pekanbaru. Teman saya mengajak putrinya, yang sedang libur kuliah. Kami berangkat menggunakan pesawat Garuda dari Jakarta, cuaca kurang baik sepanjang perjalanan, bahkan saat mau mendarat pesawat terpaksa berputar sampai sekitar 20 menit.

Pada hari Rabu 9 Januari 2019, setelah sehari sebelumnya mengajar, saya bersama teman dan putrinya mengunjungi Istana Siak Sri Inderapura. Perjalanan Pekanbaru-Siak ditempuh 2,5 jam karena di beberapa tempat rusak, sehingga mesti pelan-pelan. Jadi perlu waktu 5 (lima) jam untuk perjalanan pulang pergi, waktu yang cukup lama.
Di tengah jalan hujan deras turun yang terus berlanjut sampai mobil memasuki jembatan Siak. Syukurlah hujan mulai rintik-rintik saat kami memasuki Siak.

Raja Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II, telah menyumbang 13 juta gulden Belanda kepada Presiden Soekarno untuk membantu Indonesia yang sedang merdeka, saat ini nilainya sekitar Rp.1 triliun (Kompas,19 Januari 2019 halaman 17). Nama Sutan Siak ini, yang pernah menjadi ajudan bung Karno, sekarang diabadikan menjadi nama bandara di Pekanbaru. Sultan Siak Syarif Kasim II mendapat gelar pahlawan nasional.

Sebenarnya teman saya ingin menikmati pergi ke Siak melalui sungai, tapi saya kawatir karena sungainya sedang penuh, cuaca musim hujan dan juga pak sopir tidak merekomendasikan naik perahu. Istana Siak Sri Inderapura dibangun sekitar 100 meter dari tepi sungai Siak.
Syukurlah guide yang menemani sangat menyenangkan, walau sayangnya tak ada buku yang dapat dibeli, yg bisa menjelaskan riwayat Istana Siak ini.

Banyak benda-benda di istana Siak ini yang berasal dari luar negeri, seperti dinding marmer ukiran yang berasal dari Turki.

Yang menarik adalah kaca hias yang terbuat dari kristal, yang menghasilkan foto-foto unik, seolah kita berada di dalam nya.

Tangga yang menuju lantai 2 (dua) dibuat oleh orang Belanda, berwarna kuning cerah.

Disini terdapat Komet, yang hanya tinggal dua di dunia ini, yaitu di Jerman dan di Indonesia (di istana Siak). Komet adalah sejenis musik gramopon, piringnya terbuat dari baja yang terdiri dari musik-musik instrumen klasik Jerman abad ke VIII ciptaan komponis terkenal Bethoveen, Mozart dan Strauss. Komet di Istana Siak, dibawa oleh Sultan Siak XI dari lawatannya ke Eropa.
Kota Siak termasuk kota Kabupaten, dan bupati Siak yang sekarang nantinya akan menjadi Gubernur Riau. Kotanya bersih dan rapi, jalannya luas, di kiri kanannya terdapat pohon-pohon besar yang rindang.

Masjid yang digunakan keluarga kerajaan, namanya masjid Syahabuddin, letaknya tidak jauh dari istana Siak Sri Inderapura. Di belakang masjid ini terletak kompleks pemakaman para Sultan Siak.
Menurut teman yang sedang bertugas di Siak, sebetulnya kota Siak ini kecil, kita cukup berkeliling mobil selama 15 menit telah bisa melihat seluruh kota Siak. Walau begitu, ternyata ada yang terlewat tidak sempat kami kunjungi, yaitu bekas tangsi zaman Belanda yang baru selesai dipugar tahun 2018.
Tentu tidak afdol jika pergi ke Siak tanpa mampir di rumah makan “Pondok Bambu Jihan” yang masakannya khas Melayu. Kelihatannya restoran ini merupakan rumah makan yang terkenal di Siak, karena pengunjungnya penuh, dan makanannya sungguh sedap.

Setelah makan siang, kami ingin sholat Duhur, jadi kami menuju masjid Sultan Syarif Qasim yang luas, dekat dengan jembatan Siak yang indah. Bentuk bangunan masjid ini mirip dengan masjid Islamic Center di Samarinda. Setelah mengambil foto di depan masjid, kami melanjutkan mampir ke Kantor Cabang BRI Siak, di lobby sedang banyak nasabah, rupanya para guru honorer yang baru lulus sertifikasi sedang membuka tabungan di BRI guna menampung gaji setiap bulannya.

Hari semakin sore, kami memutuskan segera kembali ke Pekanbaru. Kami sengaja mampir di pinggir jembatan Siak yang indah ini untuk mengambil fotonya, karena saat berangkat tadi kondisinya sedang hujan. Susah juga mengambil foto jembatan karena kendaraan yang lewat semuanya ngebut.

Akhirnya dapat juga foto jembatan Siak, diambil dari dalam mobil. Di foto ini terlihat betapa indahnya sungai Siak yang luas ini, yang dulunya merupakan urat nadi perdagangan di kerajaan Siak Sri Inderapura.