
Walau sering ke Semarang, selama ini saya cuma lewat saja, atau jika menghadiri acara tertentu, besoknya langsung pulang ke Jakarta. Kali ini saya pergi ke Semarang bersama suami dan adik bungsuku. Setelah mendarat di bandara A. Yani, kami langsung menuju IBC di Kota Lama. IBC menempati bangunan tua yang masih indah, persis berada di depan gereja Blenduk yang terkenal, yang selama ini juga baru saya lihat gambarnya.
Gereja Blenduk (sering disebut), sesuai Wikipedia adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda pada tahun 1753, berbentuk heksagonal (persegi delapan). Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu.

Bangunan yang sekarang merupakan lokasi IBC di Kota Lama Semarang dulunya merupakan gedung Pengadilan Negeri. Bangunan nya masih kokoh dan bagus.
Masakannya pun enak. Kami memesan sup ikan nila, gurame bakar dan ca pucuk labu. Suamiku yang selama ini menganggap bahwa sup ikan akan terasa amis, menyadari bahwa sup ikan nila IBC ini memang lezat dan tak tercium bau amisnya.

Dari sini, pak Anto (driver) mengajak kami berputar-putar di Kota Lama, melewati stasiun Tawang yang keindahannya berkurang, karena setiap kali harus ditinggikan, daerah di sini sering terkena tumpahan rob dari laut.

Dari Kota Lama, kami menuju Lawang Sewu, dan ternyataa…Lawang Sewu ada di tengah kota Semarang, kok ya selama ini saya tak pernah teringat untuk mampir ke sini. Kami menyewa guide agar bisa memahami tentang sejarah Lawang Sewu ini, yang arsitekturnya terlihat megah. Lawang (bahasa Indonesia nya pintu). Dinamakan Lawang Sewu karena mempunyai banyak pintu, dan bagi orang Jawa hal-hal yang bersifat banyak sering dikatakan sebagai “seribu” atau “sewu” dalam bahasa Jawa nya.

Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah, yang dulunya merupakan kantor Nederlands Indische Spoorweg (Kantor Jawatan Kereta Api) atau disingkat NIS, sebelum kantor Kereta Api dipindahkan ke Bandung. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai tahun 1907, terletak persis di pinggir bundaran Tugu Muda.

Bangunan nya memiliki banyak jendela yang tinggi, di bawah nya dibuat kolam lebar dan dalam yang diisi air, dimaksudkan sebagai pendingin ruangan. Pompa terletak di bangunan yang terletak persis di depan kiri bangunan Lawang Sewu, yang kalau tidak tahu awalnya saya kira pos jaga.

Di tengah bangunan bertingkat ini terdapat halaman yang luas dan ada pohon besar rindang yang telah berumur puluhan tahun.

Di dalam gedung dibuat suasana nya seperti di dalam kereta api, dari pintu yang di tengah kita seolah-olah melihat di dalam gerbong kereta api. Di sini juga dipamerkan sejarah kereta api di Indonesia, dari zaman ke zaman beserta bentuk-bentuk kereta api.

Juga dapat dilihat alat membuat karcis kereta api zaman dulu, karcis yang bentuk nya berlubang-lubang ini terakhir digunakan pada tahun 90 an.

Toilet nya juga indah, terdapat dua jendela bersisi an yang seperti dua mata. Letak toilet ini ada di sisi kiri depan, dekat bangunan paviliun.