
Teman saya mengajak ke Solo, untuk menengok rumah orangtua nya. Kebetulan saya tidak ada acara, jadi bersedia ikut serta, apalagi Solo surganya wisata kuliner. Kami naik pesawat Sriwijaya pagi, begitu sampai Solo, setelah menaruh tas dan koper, segera menuju ke Soto Gading 1 dengan naik becak. Hujan yang turun lebat, membuat perut terasa hangat makan soto gading yang terkenal segarnya dan teh nasgitel (panas legi kentel)panas .

Acara berikutnya mampir ke BRI Prioritas Solo, karena teman saya ada keperluan ke situ. Karena rumah teman tak ada yang menunggu, pulang dari BRI kami belanja (beli aqua, serbet kertas dan lain-lain) dan tentu saja untuk makan malam. Malam ini kami makan sate ayam nya pak Dul di Nonongan Solo.

Paginya, setelah beberes rumah dan mandi, saya dan teman jalan-jalan untuk makan pagi di jenang lemu bu Sangkur.

Karena porsi jenang lemu kecil, dilanjutkan dengan makan nasi liwet di bawah pohon tanjung, depan lawang gapit Selatan (pintu Gapura Selatan). Rumah teman saya ini memang masih di dalam benteng, di daerah Carangan, Baluwarti.
Setelah kenyang, kami naik becak keliling kraton, sambil setiap kali turun dari becak untuk memotret jika menemukan obyek yang dianggap menarik.

Sambil naik becak, temanku menceritakan masa kecilnya, sekolah di dalam benteng. Siang itu saya ikut menemani teman saya ketemu teman-teman lama nya di Solo Distro. Hujan mulai mengguyur kota Solo sejak siang, jadi malam ini kami membeli ayam bu Beker (?) yang terkenal garing dan gurih.
Malam ini tidur nyenyak apalagi hujan terus menerus turun. Pagi nya, saya kembali cari sarapan jenang lemu, dan ketan juruh. Maklum porsi jenang lemu sangat kecil.

Pagi ini kembali kami naik becak, rencana semula mau ke pasar Klewer, tapi belum buka. Jadi kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Gede. Ini pertama kalinya saya ke pasar Gede, rupanya Pasar Gede tempat penjual makanan matang, jadi kalau malas masak tinggal beli ke sini.

Pertama-tama kami minum es dawet selasih yang segaaar…. selanjutnya kami ketemu penjual cabuk rambak…dan makan lagi.

Entah kenapa, walau sudah mencoba dua kali, saya belum bisa merasakan nikmatnya makanan cabuk rambak ini.
Kami melanjutkan berkeliling pasar, ada penjual sambel pecel yang gunungan nya sampai tinggi, dan gunungan itu sehari juga habis.
Saya setelah beli sambel pecel, kami melanjutkan langkah ke tempat penjual makanan untuk oleh-oleh. Karena di rumah masih ada sambel pecel Madiun kiriman teman, saya tak membeli sambel pecel ini, walau penasaran seperti apa rasanya.

Dari Pasar Gede kami naik becak ke rumah di Baluwarti untuk menaruh belanjaan, kemudian menuju Pasar Klewer.

Wahh senengnya melihat barang-barang yang dijual di sini, cuma mesti ingat uang yang ada di dompet. Saya membelikan baju batik untuk cucu, blouse batik untuk saya sendiri, blouse n celana kulot batik untuk mantu, hem batik untuk anak sulung …. .dan kain panjang. Sampai rumah rasanya menyesal kok beli kainnya cuma satu….hehehe.
Setelah berbelanja kain batik, kami menuju lantai 4 (empat) untuk membeli makanan yang akan di bawa pulang dan dimakan di rumah, karena sudah ada janji ketemu dengan mbak Ning, teman satu asrama di IPB dulu. Tak lama mbak Ning bersama suaminya datang dari Karanganyar, kami mengobrol mengenang saat tinggal di APIPB (Asrama Putri IPB) Bogor. Sore ini kami segera siap-siap ngepak koper, karena malam ini kembali ke Jakarta dengan naik KA Argo Dwipangga.