Salut untuk pak Jonan….
Saya betul-betul menikmati perjalanan bersama teman-teman naik kereta api kali ini. Kami berangkat dari stasiun Gambir jam 11.10 wib, sekitar jam 10 pagi semua sudah berkumpul. Stasiun Gambir terasa berbeda, tidak dipenuhi orang-orang yang tidak berkepentingan karena untuk bisa masuk ke stasiun kereta api bagian dalam (peron), harus mempunyai karcis sesuai dengan nama yang tertera di KTP nya.
Di kanan rombongan kami ada bapak ibu rombongan alumni Universitas Jayabaya tahun 1980 an dengan dress code atas putih bawahan gelap. Seru sekali melihat kegembiraan mereka, sedangkan rombongan kami yang berjumlah 18 orang (dua orang akan bergabung di Pekalongan) hanya bergerombol, ketawa-ketawa namun tetap tenang, maklum semua sudah menjadi kakek atau nenek.
Yang membuat lega, ternyata masih ada porter, jadi tak harus membawa koper naik ke kereta api, walaupun membawa koper beroda tetap saja berat. Kereta apinya bersih dan ada tempat untuk charger hape, sehingga komunikasi tidak terputus. Sampai Cirebon kami sudah dijemput oleh tour guide yang kemudian mengajak kami ke hotel dulu, dan setelah istirahat sebentar baru meneruskan perjalanan keliling kota Cirebon.
Besok malam nya, setelah sehari menginap di Cirebon, kami melanjutkan perjalanan dengan kereta api ke Pekalongan. Kebetulan suami salah satu teman sudah tak begitu kuat lagi untuk berjalan cepat mengikuti rombongan, kami dipersilahkan menunggu di ruang VIP di stasiun Cirebon.
Kami sempat menunggu waktu sambil bernyanyi bersama, dari mulai “Hymne IPB”, sampai lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia. Kapan ya kami merasa seperti ini, rasanya seperti saat baru awal masuk kuliah di IPB.
Saat kereta api hampir tiba dari Jakarta, ada petugas yang membawa kursi roda sehingga mas Moyo (teman yang sakit) tidak harus berjalan jauh. Koper-koper kami telah disatukan dalam kereta beroda dan diikat, seperti saat di bandara sehingga porter tak repot membawanya, hanya nanti tinggal mengangkat ke gerbong dan ke atas tempat duduk masing-masing.
Peron nya bersih sekali, sungguh menyenangkan sekali. Tour leader menelpon temannya yang di Pekalongan, agar mereka sudah siap menyemput dan menyiapkan kursi roda. Kami juga diberitahu, bahwa ada peringatan hari bumi, sehingga hotel dan jalanan kemungkinan dimatikan lampunya sejak jam 21.30 sampai dengan 22.30 wib. Waduhh…..padahal kereta kami diperkirakan tiba di stasiun Pekalongan jam 21.36 wib, jadi pas lampu mati.
Syukurlah hotel Horison tempat kami menginap letaknya di depan stasiun Pekalongan, sehingga banyak teman yang memilih untuk berjalan kaki, walau telah dijemput dengan dua kendaraan dari hotel Horison. Besoknya kami mengunjungi museum batik, serta belajar membatik, yang dilanjutkan mengunjungi desa ekowisata Petungkriyono di lereng gunung Dieng. Kami berkumpul kembali distasiun Pekalongan yang bersih.
Saya perhatikan saat ini ada standar warna dan tegel di lantai di dalam peron stasiun, warnanya merah dan bersih sekali.
Kepala stasiun nya masih muda (tentu saja, jika dibanding dengan kami yang sudah tua ini), saya dan teman mengajak berfoto bersama. Kepala stasiun mengatakan, bapak ibu tunggu disini saja, karena gerbong delapan nanti jauh…biar kereta apinya dilangsirkan, agar bapak ibu bisa menunggu tanpa berjalan jauh. Wahh benar-benar pelayanan yang memuaskan, walau saya pikir kami membuat kereta api terlambat dua menit.
Di dalam kereta api, setelah makan malam, kami semua beristirahat dengan tenang, tak lama kereta api sudah berhenti di stasiun Bekasi (ternyata KA Argo Muria sekarang berhenti di Bekasi), kemudian stasiun Jatinegara, baru stasiun Gambir. Sungguh perjalanan yang menyenangkan.
Semoga PT KAI bisa menjaga pelayanannya, kebersihannya tetap bagus, sehingga kami bisa menikmati wisata di dalam negeri dengan naik kereta api. Sekali lagi….selamat PT KAI…..
